Thursday, March 12, 2009

Bukan Karena Harta

Markus 10:17-27

"... Meskipun saya susah, menderita dalam dunia, saya mau ikut Yesus sampai s'lama-lamanya." Bagi Anda yang biasa menggunakan Kidung Jemaat, Anda tentu tahu penggalan lagu itu (KJ 375). Lagu itu sering dinyanyikan dengan nada sendu bagai ingin menunjukkan kesungguhan ikut Yesus. Namun bila kita tanyakan diri kita sendiri, seberapa jauh dan sungguhkah kita ingin ikut Yesus?

Seorang kaya yang ingin memperoleh hidup kekal ternyata belum benar-benar serius memiliki keinginan itu. Ia memang telah melakukan semua hukum Taurat, bahkan sejak masa mudanya (ayat 20). Ia mengira bahwa ketaatannya itu bisa menjadi modal untuk memiliki kehidupan kekal. Namun ketika ada syarat yang Yesus ajukan, yaitu untuk menjual harta kekayaannya, ia merasa keberatan (ayat 22). Bagi dia, harta kekayaannya


jauh lebih berharga daripada harta di surga yang belum kelihatan. Mungkin dia telah bersusah payah untuk mendapatkan harta sebanyak itu. Lalu bagaimana mungkin ia harus membagikannya begitu saja kepada orang lain, meski mereka miskin? Lagi pula bagaimana ia dapat hidup selanjutnya? Ternyata ia telah menyandarkan hidupnya pada hartanya. Penolakannya untuk berpisah dari hartanya memperlihatkan bahwa ia telah menjadikan harta sebagai berhala. Kekayaannya telah membuat dia menolak hidup kekal.

Kekayaan memang dapat membuat orang merasa tidak memerlukan Allah. Haus harta dapat menggantikan kehausan akan kebenaran. Meski demikian, Yesus bukan sedang mengajarkan bahwa orang miskin lebih mudah masuk surga atau bahwa tiap orang harus melepaskan kekayaannya. Namun tiap orang harus menyadari kebutuhannya akan Allah. Semua orang harus sadar bahwa tidak ada sesuatu apapun yang bisa dilakukan untuk memperoleh hidup kekal. Hidup kekal hanya bisa diperoleh dengan harga yang sangat mahal. Dan hanya Yesuslah yang dapat membayar harga itu.

Syukur kepada Allah karena hidup kekal itu bisa kita terima dengan menerima Kristus sebagai Juruselamat kita.


e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/03/12/

0 komentar:

Post a Comment