Sunday, May 31, 2009

Kuasa yang dari Atas

Kisah Para Rasul 2:1-13
Ucapan selamat apa yang tepat diucapkan kepada sesama orang percaya pada Hari Pentakosta? Selamat atas kuasa yang dari Atas yang sudah dicurahkan kepada Anda! Hari Pentakosta merupakan hari dimulainya penggenapan janji Kristus kepada para murid-Nya sesaat sebelum kenaikan-Nya. Janji itu adalah bahwa mereka akan menerima kuasa untuk melaksanakan misi yang mereka emban dari-Nya.

Penggenapan itu mulai dengan turunnya Roh Kudus ke atas para murid sehingga mereka mengalami kuasa-Nya. Pertama, mereka mendapatkan karunia berkata-kata di dalam berbagai bahasa asing. Saat itu, hari raya Pentakosta menurut tradisi PL. Semua orang Yahudi, baik yang di Palestina maupun yang dari luar Palestina, berkumpul merayakannya di Yerusalem. Orang-orang Yahudi nonPalestina masing-masing memiliki

bahasa menurut daerah tempat tinggal mereka. Orang-orang Yahudi inilah yang menjadi saksi para rasul bisa berbicara kepada mereka dalam bahasa mereka masing-masin (ayat 6-11). Memang beberapa orang yang mendengarkan hal itu, mencemooh para rasul sebagai sedang mabuk sehingga mengoceh tidak karuan (ayat 13). Sangat mungkin para pencemooh ini berasal dari Palestina sehingga tidak mengerti bahasa-bahasa nonPalestina. Kedua, para murid mendapatkan keberanian untuk berkata-kata di depan publik. Sebenarnya mereka berkumpul di satu tempat saja di sebuah rumah (ayat 1). Namun saat Roh Kudus mengurapi mereka, mereka ke luar dan berbicara di tengah-tengah kerumunan orang Yahudi yang sedang beribadah di sekitar bait Allah.

Bagaimana kita merayakan Pentakosta? Pertama, dengan menaikkan syukur atas kuasa Roh yang menaungi gereja dan orang percaya untuk memberitakan Injil dengan berani. Kedua, dengan memperlengkapi dan mengutus orang percaya untuk pergi ke seluruh dunia membawa berita Injil itu. Mari mulai dari diri kita sendiri. Mungkin Tuhan sedang menggerakkan hati kita untuk menyerahkan diri memenuhi panggilan-Nya. Jangan tunda apalagi tolak panggilan-Nya.
Sumber : E-SH
Thursday, May 28, 2009

Aman dalam Perlindungan Allah (Mazmur 48)

"Allah adalah kasih", itulah pernyataan yang agung dan sangat berharga bagi kita sebagai umat Allah. Namun sayangnya banyak orang percaya kemudian mendenifisikan kasih Allah sebagai kasih yang memanjakan, yang tidak menuntut, dan yang membiarkan kejahatan tidak dihukum. Nas hari ini menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang menegakkan keadilan dan memberikan penghakiman yang dahsyat kepada orang-orang fasik.

Saat murka Allah dinyatakan maka kegentaran menimpa raja-raja yang berkumpul melawan Dia (ayat 5-7). Kesakitan yang dahsyat menimpa raja-raja tersebut sehingga dikatakan mereka kesakitan seperti perempuan yang akan melahirkan (ayat 7). Murka Allah tersebut disambut baik oleh umat Allah dan mereka pun memuji Allah yang telah

menegakkan keadilan (ayat 11). Umat bersorak-sorai karena penghukuman Tuhan atas bangsa-bangsa itu (ayat 12). Mereka memuji Allah, yang telah me-lepaskan Sion dari musuh-musuhnya. Yerusalem menjadi aman karena berkat dan perlindungan Allah. Sejak semula Allah memang selalu menyelamatkan umat-Nya dengan menghakimi bangsa-bangsa dan orang-orang fasik. Allah me-nyelamatkan umat Israel dari perbudakan Mesir dengan menjatuhkan 10 tulah atas orang Mesir dan menenggelamkan kereta-kereta kuda Mesir di Laut Merah.

Banyak orang yang mencela tindakan Allah yang meme-rintahkan bangsa Israel menumpas habis orang Kanaan. Na-mun kita harus menyadari bahwa dalam hal ini, Allah sedang menyatakan keadilan dan penghakiman kepada orang Kanaan (band. Kej. 15:16). Begitu pula dalam nas hari ini pemazmur dan umat Allah melihat murka Allah terhadap bangsa-bangsa sebagai suatu penegakan keadilan dan mereka bersukacita atas tindakan Allah yang Maha Adil. Kita harus dapat melihat bahwa selain penuh kasih, Allah juga adil, Ia akan menghukum setiap kejahatan dengan keras. Allah yang demikian seharusnya memberi rasa aman dan penghiburan bagi kita yang berlindung pada-Nya.
Sumber : e-SH

Wednesday, May 27, 2009

Sang Mesias dan Mempelai-Nya (Mazmur 45)

Nas ini menggambarkan seorang raja agung pada hari pernikahannya. Sang raja digambarkan sebagai yang terelok, penuh kemurahan, dan diberkati Allah (ayat 3). Ia juga digambarkan sebagai pahlawan agung yang menegakkan kebenaran dan keadilan (ayat 4-5). Ia akan menghancurkan musuh-musuhnya dan akan menaklukkan segala bangsa di bawah kakinya (ayat 6). Raja yang digambarkan demikian agung dan mulia tentu merupakan raja yang sangat luar biasa. Ayat 7 secara harfiah berkata "Takhtamu ya Allah, tetap untuk sete-rusnya dan selamanya" (LAI menerjemahkannya sebagai "Takhtamu kepunyaan Allah . . . ."). Ternyata raja yang dimaksud adalah Allah sendiri. Dengan demikian mazmur ini adalah mazmur mesianik, yang menunjuk kepada Kristus.

Sang mempelai wanita digambarkan tunduk kepada sang mempelai pria sebagai raja dan tuannya (ayat 12), dan bukan lagi kepada bangsanya dan seisi rumah ayahnya (ayat 11). Dengan menundukkan diri kepada sang calon suami, sang mempelai wanita mendapat kehormatan karena orang-orang yang tunduk kepada suaminya juga tunduk kepada dia dan membawa banyak hadiah (ayat 13). Sang mempelai wanita dibawa ke hadapan sang mempelai pria dalam keindahan dan keagungan, serta dengan teriakan sukacita (ayat 14-16). Mempelai pria kemudian dijanjikan masa depan yang penuh dengan anak-anak yang akan memerintah di seluruh bumi dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (ayat 17-18).

Karena merupakan mazmur mesianik, ini merupakan gambaran ketika Gereja sebagai mempelai wanita akan dipersembahkan kepada Sang Raja yang adalah mempelai pria. Sang mempelai wanita akan dipersembahkan sebagai perawan suci kepada Kristus (ayat 2Kor. 11:2). Gereja akan diberikan kehormatan yang luar biasa dan akan memerintah bersama-sama Sang Raja (ayat 2Tim. 2:12).

Kitalah Gereja yang akan dipersiapkan menjadi mempelai Yesus Kristus yang kudus dan mulia. Maka menjadi bagian kitalah untuk memelihara kehidupan yang kudus dan mulia.
Sumber : E-SH

Sunday, May 24, 2009

Menjadi Saksi Kristus (Kisah Para Rasul 1:1-11)

Apa yang menjadikan peristiwa di perikop pertama Kisah Para Rasul ini istimewa? Pertama, Yesus berulang kali menampakkan diri-Nya kepada para murid-Nya untuk meyakinkan mereka bahwa Dia sungguh sudah bangkit (ayat 3). Kedua, Yesus menjanjikan Roh Kudus akan membaptis mereka untuk memperlengkapi mereka dalam tugas panggilan menjadi saksi Kristus (ayat 4, 8). Ketiga, Yesus naik ke surga sebagai tanda bahwa tugas-Nya di dunia ini sudah selesai(ayat 9).

Respons para murid sebenarnya cukup memprihatinkan. Di saat kebangkitan Yesus memberi pengharapan baru bagi mereka yang sempat kehilangan asa, ternyata konsep berpikir mereka masih keliru (ayat 6). Mereka masih berpikir bahwa Yesus akan menegakkan kerajaan Israel seperti pada masa lampau (PL). Bila demikian, tentu Yesus akan menjadi Raja dan mereka sendiri akan menduduki jabatan-jabatan penting di sekitar Dia.

Sebenarnya Yesus mengajarkan mereka mengenai Kerajaan Allah (ayat 3b) yang bersifat rohani. Yaitu Kerajaan Allah yang ditegakkan melalui kematian-Nya di kayu salib yang menga-lahkan kuasa dosa dan melalui kebangkitan-Nya yang mengalahkan kuasa maut. Kerajaan Allah yang bersifat rohani ditegakkan ketika manusia tunduk dan mengakui kedaulatan Allah atas hidupnya. Untuk menegakkan kerajaan Allah seperti itu tentu bukan dengan kekuatan manusia, melainkan kekuatan Allah sendiri. Itu sebabnya Yesus meminta mereka menanti di Yerusalem sampai Roh Kudus turun atas mereka. Baru dengan kuasa yang dari Atas tersebut mereka dimampukan menjadi saksi Kristus untuk penegakan Kerajaan Allah di atas muka bumi ini.

Ingat orang Kristen dan gereja punya tugas mulia memberitakan Injil agar manusia berdosa dibebaskan dari be-lenggu dosa untuk dapat menyembah Allah sebagai Raja. Sudahkah Anda memberi diri dipenuhi oleh Roh Kudus sehingga kuasa-Nya memampukan Anda menjadi saksi-Nya di mana pun Anda berada?

Supaya Genap Dua Belas

(Kisah Para Rasul 1:15-26)
Mengapa Yudas perlu digantikan? Pertama, agar jumlah rasul tetap utuh dua belas sebagaimana pertama kali Tuhan Yesus memilih para murid-Nya. Angka dua belas penting bagi umat Yahudi karena mereka sendiri terdiri dari dua belas suku. PL memang mencatat Tuhan menghukum keras suku-suku Israel karena keberdosaan mereka. Namun PL juga menjanjikan pemulihan terhadap mereka. Mereka dikatakan akan dipersatukan kembali, seperti masa dua belas suku bersatu. Yesus telah menubuatkan kedua belas rasul pilihan-Nya bahwa mereka akan memimpin umat Tuhan bersama Yesus dalam kemuliaan-Nya kelak (Mat. 19:28). Ini senada dengan kutipan Mazmur oleh Petrus di ay. 20a bahwa musuh Tuhan harus dimusnahkan (Mzm. 69:26), dan ja-batannya harus digantikan (Mzm. 109:8). Agar kekristenan diterima dan diakui orang Yahudi maka dua belas rasul merupakan pasangan yang tepat dengan dua belas suku Israel.

Alasan kedua, Yudas harus digantikan untuk mengemba-likan keutuhan dan kemurnian keduabelas rasul yang dinodai oleh pengkhianatan dirinya. Petrus memaparkan kematian Yudas yang mengerikan sebagai upah kejahatannya (ayat 18-19). Pengganti Yudas harus memenuhi syarat, seorang yang per-nah bersama Yesus semasa hidup-Nya dan juga menjadi saksi bagi kebangkitan Kristus (ayat 21-22). Namun yang paling penting adalah, proses pemilihan itu secara final diserahkan kepada Tuhan Yesus sendiri, agar Dia yang menentukan(ayat 24-25).

Apa yang dilakukan Petrus dan murid-murid Yesus lainnya mungkin tidak lazim bagi kita yang hidup pada masa kini, tetapi memiliki makna yang penting secara teologis. Pertama, penyelesaian masalah di gereja selalu harus berdasarkan kebenaran firman Tuhan yang digali dan diterapkan secara tepat. Kedua, dosa harus cepat dibereskan. Ketiga, kepemimpinan harus memenuhi kriteria tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan. Yang terakhir, melalui doa yang sungguh-sungguh gereja menyerahkan keputusan final pada Tuhan bukan pada kebijaksanaan manusia.
Sumber : e-SH

Sunday, May 17, 2009

Mati bagi Dosa, Hidup bagi Kristus

Dosa manusia membuat kasih karunia Allah tercurah sehingga manusia menerima pembenaran. Lalu bolehkah kita berbuat dosa terus supaya kasih karunia Allah terus menerus mengalir atas kita (ayat 1)? Pertanyaan ini sebenarnya menggelikan. Bagaimana mungkin seorang anak berpikir un-tuk melawan orang tuanya karena tahu bahwa orang tuanya akan memaafkan dia?

Lahir baru membuat dosa tidak lagi berkuasa atas kita karena Kristus telah mati untuk menebus kita. Kita telah bebas dari pengaruh dosa karena kesatuan kita dengan Kristus. Lalu bagaimana mungkin orang yang telah mati bagi dosa kemudian hidup dalam dosa (ayat 2)? Yang mati dan bangkit bersama Kristus sepantasnya hidup bagi Kristus. Kita harus tunduk pada Kristus karena Dialah yang sekarang menjadi Tuan kita. Ini bukan pilihan, melainkan tugas yang harus dilakukan oleh setiap orang Kristen.

Persekutuan kita dengan Kristus akan berdampak pada proses pengudusan yang progresif. Hendaknya kita tidak lagi menggunakan tubuh kita untuk melakukan dosa karena kita bukan budak dosa lagi (ayat 5-6). Dosa bukan lagi tuan kita. Ketika kita mati bagi dosa maka hubungan kita dengan dosa pun berubah. Tidak akan pernah sama lagi seperti sebelumnya. Dosa tidak lagi memiliki kuasa atas kita. Yang mati terhadap dosa tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tetapi taat di dalam Kristus sehingga hidup bagi Allah.

Ciri pengikut Kristus adalah sifat-sifatnya yang baru. Tabiat dan kebiasaan lama tidak ada lagi, sudah terkubur. Yang baru bangkit dan tumbuh bersama Kristus, menghasilkan banyak buah. Seluruh anggota tubuh dipakai untuk tujuan yang berbeda. Kalau dulu penuh keluh kesah dan sumpah serapah, kini penuh syukur dan pujian. Yang biasa mencela kemudian menghibur dan memberi semangat. Yang malas jadi rajin dan suka menolong. Yang serakah dan mementingkan diri sendiri kemudian jadi murah hati, suka berbagi, dan berusaha mengerti masalah/posisi orang lain.
Sumber : e-SH
Saturday, May 9, 2009

Dididik untuk Taat (Filipi 2:12-16)

Dalam hal apa ketaatan dan keselamatan berhubungan? Dalam hal ketaatan menghasilkan keselamatan, dan wujud keselamatan berintikan ketaatan.

Jangan salah sangka. Kita selamat bukan oleh ketaatan. Alki-tab menyatakan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah tanpa syarat. Persyaratan yang Allah tuntut sudah dibayar oleh ketaatan hidup dan kematian Kristus. Maka perolehan kesela-matan tidak melibatkan andil apa pun di pihak kita. Kita hanya memercayai janji dan undangan Injil serta memercayakan hidup kepada Yesus, dan kita selamat.

Bukan saja akibat ketidaktaatan Adam yang diubah oleh ketaatan Yesus yang menghasilkan keselamatan kita. Ketaatan Yesus pun menghasilkan dalam orang percaya kehidupan yang tumbuh dalam ketaatan. Lalu apakah ketaatan sesudah kita diselamatkan

harus kita perjuangkan sendiri atau sepenuhnya hasil anugerah Allah? Dan bagaimana kita mengalami ketaatan itu bila nyata-nyata pengaruh dosa masih se-ring mendorong kita untuk tidak taat? Unsur apa saja yang men-dukung terwujudnya ketaatan dalam hidup kita?

Kita patut bersyukur akan janji firman ini. Ketaatan bukan hasil perjuangan kekuatan manusiawi kita. Bukan hasil resolusi akhir tahun, bukan dengan jalan memompa kehendak, tidak juga karena berbagai teknik pemotivasian diri. "Allahlah yang mengerjakan ... baik kemauan maupun pekerjaan" (ayat 13). Roh Allah tinggal di dalam orang yang menjadi milik Kristus (Rm. 8:14-17). Ia bekerja menciptakan hasrat baru di dalam kita, yaitu hasrat menaati Allah. Tidak hanya sampai di hasrat, tetapi Ia bekerja sampai hasrat itu terwujud dalam tindakan ketaatan kita sehari-hari. Maka tindakan ketaatan kita sekadar mengikuti dorongan dan karya Roh di dalam kita.

Prinsip ini melibatkan proses pendidikan dari Allah yang kita alami sebagai perjuangan berat. Pendidikan untuk taat akan melibatkan sikap takut dan gentar. Melibatkan kesediaan untuk mengganti tolak ukur duniawi dengan pertimbangan alkitabiah. Akan juga melibatkan latihan untuk tidak bersungut dalam berelasi. Namun bila kita jalani karya dan daya Roh dalam kita, perlahan tapi pasti kita akan memancarkan keajaiban anugerah-Nya.
Sumber : E-SH
Tuesday, May 5, 2009

Tidak Percaya Berakhir Binasa (Roma 1:18-32)

Berdusta, mencuri, menipu, sering kita sebut sebagai dosa. Namun apakah makna dosa yang sesungguhnya? Dosa adalah ketidakpercayaan kepada Allah. Mengapa orang tidak percaya kepada Allah? Apakah karena Allah tidak me-nyatakan diri kepada mereka?

Sesungguhnya tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengetahui bahwa Allah ada. Bentangan langit dan alam semesta merupakan penyataan keberadaan Allah. Seperti kita dapat mengenal seorang penulis melalui tulisannya, atau seorang pelukis melalui lukisannya, begitu pula kita dapat mengenal Allah melalui karya cipta-Nya. Siapakah yang tidak kagum melihat Danau Toba atau keindahan dunia bawah laut di Bunaken, tetapi tidak takjub pada kuasa Pribadi yang menciptakan semua itu? Seharusnya manusia merespons Allah yang berkuasa itu dengan pujian dan penyembahan (ayat 21). Namun apa yang terjadi? Tindak tanduk manusia malah menunjukkan perlawanan pada Allah. Segala

perbuatan manusia seolah-olah memperlihatkan anggapan bahwa Allah tidak ada: menindas kebenaran dengan kelaliman (ayat 18), menyembah berhala (ayat 23, 25), dan mengganti hubungan yang wajar dengan suami/istri dengan sesuatu yang menjijikkan yaitu hubungan sesama jenis/homoseksual (ayat 26-27). Penolakan terhadap Allah mengarahkan orang pada penyembahan berhala dan kemudian berlanjut pada kehidupan amoral. Maka Allah akan menghukum mereka. Bukan hanya nanti, tetapi juga kini. Mereka dihukum dengan mendapatkan apa yang mereka inginkan (ayat 24, 27 b). Terdengar enak? Tidak juga. Ketidakpercayaan pada Allah akan mengarahkan orang pada kehidupan tanpa Allah. Berbuat semaunya tanpa kendali dari Allah hanya akan membawa manusia pada kebinasaan kekal.

Betapa mengerikan dampak dosa bagi manusia. Bermula dari ketidakpercayaan dan berakhir pada kebinasaan. Anda tentu tidak ingin binasa, begitu pula dengan orang-orang di sekitar Anda. Karena itu bicarakan hal ini dengan mereka juga agar mereka percaya kepada Allah dan tidak binasa.
Sumber : Sabda

Friday, May 1, 2009

Menang dalam Pencobaan

Pencobaan macam apa yang Anda alami? Tiap orang mengalami pencobaan berbeda-beda. Yang sama ialah tak seorang Kristen pun hidup tanpa pencobaan. Maka Tuhan mengingatkan kita untuk berjaga-jaga agar jangan jatuh dalam pencobaan (Mrk. 14:38), Yakobus pun memberi penghiburan (Yak. 1:2,12). Dan sesuai ajaran Tuhan kita memohon, "jangan bawa kami ke dalam pencobaan" (Mat. 6:13).

Selama kita di dunia ini, kita hidup dalam lingkungan yang berpotensi mencobai kita untuk berdosa. Indra kita dengan mudah menangkap sinyal-sinyal pencobaan dari sekitar kita. Mau rakus, mau tamak, mau cabul, mau benci, mau duniawi, mau kejam, mau menyembah berhala modern? Lihat saja ke depan, ke belakang, atau ke mana pun, semua itu siap membelit kita. Lebih celaka lagi, di dalam kita ada suatu kecenderungan yang bila tidak terus menerus kita percayakan pada kuasa penyucian Roh-Nya, akan mendorong kita untuk menomplok pencobaan tadi.

Lebih dari kita, Tuhan ingin kita menang, kuat, dan sesuci Dia. Lalu mengapa Ia membiarkan kita hidup dalam pencobaan? Pertama, Ia tidak membiarkan, Ia setia menyertai. Ia mengendalikan apa yang boleh mencobai kita, apa yang tidak. Ia siap memberi jalan keluar agar kita menang. Kedua, pencobaan dialami umat Tuhan di segala tempat dan abad. Ada yang jatuh, ada yang menang. Meski jatuh pun, Allah menolong, menegur, memberi jalan pertobatan dan pemulihan (kisah Daud, Petrus, Paulus dan Barnabas). Yang menang seperti Yusuf, juga bukan karena sifatnya istimewa tetapi karena mengimani campur tangan dan kebaikan-Nya. Jadi, tak ada pilihan selain hidup dalam pencobaan, dan kita akan mengalami penyertaan, pertolongan, pemurnian dari Tuhan.

Apa tanggung jawab kita? Berjaga-jaga terhadap semua yang berpotensi dosa. Jangan biarkan standar ganda. Bukan hanya membunuh, membenci pun dosa. Bukan saja berzina, menginginkan dengan hati pun berzina. Bukan hanya percaya ilah palsu, serakah pun sama dengan menyembah berhala! Hanya jika kita berpegang pada firman-Nya dan sepenuhnya bergantung pada kemurahan-Nya, kita yang lemah ini, bisa dibuat-Nya menjalani proses kemenangan.
http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/05/02/