Tuesday, December 22, 2009

Dipakai Tuhan (Matius 1:1-17)


Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris (ayat 1820-1903), pada suatu  kesempatan pernah mengatakan bahwa "The wise man must remember  that while he is a descendant of the past, he is a parent of the    future" (orang bijak menyadari bahwa dia, bukan saja pewaris masa lalu, tetapi juga pembentuk masa depan). Mungkin pertimbangan   semacam ini pula yang mendasari penilaian terhadap bibit, bebet, dan bobot seseorang.

Untuk memperlihatkan siapakah Yesus Kristus sebenarnya, Matius memulai injilnya dengan menuliskan silsilah-Nya. Silsilah ini  ingin menunjukkan bukti bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan   di dalam PL. Dua nama besar dalam sejarah bangsa Yahudi disebut   di awal, yaitu Abraham dan Daud. Abraham adalah bapa bangsa  Yahudi, yang melalui dia, semua orang di bumi akan mendapat   berkat (Kej. 12:3). Daud adalah raja Israel yang sangat terkenal  dan disegani.

Silsilah ini melibatkan empat puluh enam nama yang hidup dalam kurun  waktu dua ribu tahun (ayat 17). Semua adalah nenek moyang Tuhan    Yesus, dengan aneka pengalaman, kerohanian, dan kepribadian. Di    antara nenek moyang Tuhan Yesus, ada yang menjadi pahlawan iman   seperti Abraham, Is-hak, Rut, dan Daud. Namun ada pula yang   mempunyai masa lalu kelam seperti Rahab dan Tamar. Sebagian yang    lain berasal dari masyarakat kebanyakan: Hezron, Ram, Nahason,    dan Akhim. Ada juga yang jahat seperti Manase dan Abia. Fakta    tersebut mengingatkan kita bahwa karya Tuhan di dalam sejarah    tidaklah dibatasi oleh kegagalan dan dosa-dosa manusia. Dia   bekerja bukan hanya di dalam diri orang-orang dengan nama besar,    melainkan juga orang-orang biasa.

Sebagaimana Tuhan memakai berbagai macam orang untuk menghadirkan   Anak-Nya ke dalam dunia ini, Dia memakai berbagai macam orang    pula untuk menggenapkan rencana agung-Nya atas dunia ini. Tuhan    juga ingin memakai Anda sebagai perpanjangan tangan-Nya. Siapkan    dan relakan diri Anda untuk dipakai sebagai alat kemuliaan-Nya.

http://www.gkiisidikalang.co.cc
e-SH versi web:          http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/12/23/



Berbagi di Facebook
Sunday, December 20, 2009

Keselamatan yang holistik (Zakharia 10:1-12)

Dosa membuat persekutuan manusia dengan Allah menjadi rusak. Hanya  anugerah Allah yang dapat memulihkannya. Pemulihan itu mulai  dengan pemberian keselamat-n. Keselamatan yang bersifat  menyeluruh.

Israel pernah memberontak kepada Allah dengan me-nyembah berhala.   Mereka meminta hujan dari terafim dan para juru tenung (ayat 2).  Israel seperti itu karena tidak ada penggembalaan dari para   pemimpinnya - Israel seperti domba liar (ayat 3). Puncak dari   kejatuhan Israel, yaitu ketika Allah menyerahkan mereka kepada    Asyur dan Babel, dua bangsa kafir adikuasa. Jadi boleh dikatakan    bahwa Israel, umat Tuhan ini, mempunyai masalah besar dalam hal  kekeringan rohani, perbudakan oleh kuasa gelap, dan penindasan    secara politik oleh kekuatan asing. Tiga hal ini membuat mereka   jauh dari persekutuan intim dengan Allah.

Allah tetap setia pada umat-Nya. Sesaat Ia murka dan menghukum,   tetapi segera pula Ia menerima mereka dalam kasih dan bahkan    melupakan dosa mereka (ayat 6). Lihat betapa Israel merespons   pengampunan Tuhan secara ekspresif (ayat 7).

Pemulihan yang Tuhan lakukan pada umat-Nya bersifat holistik. Allah   membebaskan umat-Nya dari ikatan kuasa gelap, tangan para gembala    yang jahat, dan cengkeraman kekuatan asing. Allah memenuhi apa    yang menjadi kebutuhan umat-Nya. Ia memberikan berkat-Nya,    memulihkan kehidupan rohani mereka dan membawa mereka kembali ke    tanah perjanjian. Ajaibnya dalam pembebasan umat-Nya ini, Allah   membuat mereka bisa berjalan kembali seperti semula, yaitu hidup    sesuai dengan kebenaran Allah. Hubungan bangsa ini dengan Allah    bisa pulih kembali.

Kelahiran Yesus yang sebentar lagi akan kita rayakan juga mengandung   keselamatan holistik. Karya keselamatan dalam Yesus juga utuh,   Dia datang menjadi manusia, hidup di antara manusia, mati    menanggung dosa manusia, bangkit menang terhadap semua masalah    manusia. Mari persiapkan hati di minggu-minggu advent ini    menyambut karya-Nya.
http://www.gkiisidikalang.co.cc
http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/12/16/


Berbagi di Facebook

Diselamatkan dari ketiadaan pengharapan (Zakharia 12:1-9)


Hidup seperti apakah yang tidak berpengharapan? Hidup di bawah bayang-bayang murka Allah. Orang berdosa, tidak dapat melepaskan  diri dari tuntutan keadilan Allah. Yang ada hanyalah bayang-bayang hukuman berupa kebinasaan yang mengerikan!

Penolakan Israel terhadap penggembalaan Tuhan menyeret mereka ke dalam suatu kondisi hidup yang tidak lagi berpengharapan. Sekian   lama bangsa ini berada dalam cengkeraman bangsa asing yang silih  berganti menindas mereka. Puncaknya, semua bangsa di muka bumi  akan bersatu menyerang mereka (ayat 3b). Sementara mereka sendiri terpecah saling bermusuhan.

Di saat seperti itulah Allah menyatakan kedaulatan-Nya dengan  menyelamatkan umat-Nya. Allah tidak membiarkan mereka terus  menerus ditindas musuh-musuhnya. Dalam penyelamatan ini Allah   menjadikan umat-Nya seperti pasu yang memusingkan (ayat 2) dan  batu yang menghancurkan (ayat 3) sehingga tidak ada satu pun  kekuatan dunia yang sanggup membinasakan mereka. Sebaliknya yang   terjadi adalah kehancuran bangsa-bangsa asing ini. Penyelamatan   Allah akan memulihkan juga perpecahan yang terjadi diantara   umat-Nya dan menghapuskan keangkuhan rohani yang selama ini    menjadi penyebab perpecahan itu (ayat 7). Mereka akan bersatu   kembali dan mengalahkan musuh-musuhnya. Akhirnya Tuhan akan    memuliakan serta mengokohkan mereka kembali sebagai satu bangsa.

Kita harus menyadari bahwa kita diselamatkan di saat tanpa    pengharapan. Bukankah kita, orang Kristen ini dahulunya termasuk   bilangan orang kafir, yang jauh dari Allah? Bukankah dahulu kita   mengambil jalannya sendiri yang menuju pada kebinasaan? Dan   bukankah dahulu maut menjadi bagian tak terpisahkan dari kita?    Justru di saat seperti itulah Tuhan Yesus datang menganugerahkan   keselamatan kepada kita. Betapa ajaib karya Allah dalam hidup    kita umat tebusan-Nya.

http://www.gkiisidikalang.co.cc
http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/12/18/



Berbagi di Facebook
Thursday, December 3, 2009

Sumbernya Tuhan! (Zakharia 4:1-14)


Bagaimana seorang pemimpin bisa memimpin umat Tuhan dengan teguh dan tegar walau tantangannya setinggi gunung dan sedalam lembah?  Tentu bukan dengan mengandalkan kekuatan sendiri, pengalaman pribadi ataupun keterampilan-keterampilan yang dilatih  semata-mata, tetapi dengan sepenuhnya mengandalkan Tuhan.

Zakharia melihat kandil emas berlampu tujuh dengan tempat minyaknya. Setiap lampu memiliki tujuh lubang tempat nyala api. Secara keseluruhan ada empat puluh sembilan nyala api kalau kandil ini  dinyalakan! Bayangkan betapa terangnya! Kandil tersebut bisa  menyala begitu terangnya karena selalu ada persediaan minyak yang  tak habis-habis. Itulah nubuat untuk Zerubabel, keturunan raja  Daud. Ia akan menyelesaikan pembangunan bait Allah dan mengatasi   semua masalah yang ada "Siapakah engkau, gunung yang besar? Di  depan Zerubabel, engkau menjadi tanah rata" (ayat 7-10). Hal itu  terjadi "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan,  melainkan dengan Roh-Ku" yang hadir menyertai Zerubabel (ayat 6).

Dari penglihatan ketiga dan keempat, menjadi jelas siapa figur  mesianik yang dilambangkan oleh dua dahan pohon zaitun (ayat 3,  12-14), yaitu imam besar Yosua dan keturunan raja  Zerubabel.  Keduanya berperan besar dalam perampungan pembangunan bait Allah   (lih. Hag. 1:14). Zakharia mendapatkan juga penjelasan mengenai  permata bermata tujuh yang menunjuk kepada "mata TUHAN, yang  menjelajah seluruh bumi" (ayat 10b). Ketujuh mata permata itu    dimengerti sebagai pengawasan Tuhan bahwa pembangunan bait Allah  itu akan membawa efek kosmis, yaitu pembangunan kerajaan-Nya di    muka bumi ini.

Penglihatan-penglihatan yang dilihat Zakharia adalah penyataan penting mengenai penggenapan rencana Allah buat umat Israel    pascapembuangan. Buat kita umat Tuhan masa kini, karya pemulihan    Tuhan sudah digenapi dalam diri Kristus, di mana figur imam besar    dan raja menyatu!
http://www.gkiisidikalang.co.cc
e-SH versi web:          http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/12/04/



Berbagi di Facebook

Sudah dekat! (Zefanya 1:14-18)


Sudah dekat! Seruan itu seolah peringatan bahwa musuh sudah dekat, seruan untuk waspada dan siaga. Zefanya memang memberikan peringatan kepada orang Yehuda bahwa hari Tuhan itu sedang bergerak cepat menuju mereka (ayat 14). Bagai meteor jatuh yang melaju deras mendatangi bumi.

Seperti kebanyakan orang yang bergantung pada kekayaan atau kuasa yang mereka miliki, orang-orang Yehuda juga berharap bahwa kekayaan atau kuasa itu dapat menyelamatkan mereka. Mungkin mereka berpikir bahwa segala sesuatu dapat diselesaikan dengan uang. Bahkan keselamatan nyawa mereka pun dapat dibeli dengan uang. Betapa bodoh! Karena itu dalam peringatan yang dikumandangkan oleh nabi Zefanya, Tuhan menyerukan bahwa emas atau perak yang mereka miliki tidak akan dapat menyelamatkan mereka dari murka Tuhan yang membara (ayat 18). Ketika hari Tuhan tiba, mereka tidak akan luput dari kebinasaan karena hari itu adalah hari kemusnahan dan pemusnahan (ayat 15). Tak ada satu pun penghuni bumi yang dapat bertahan menghadapi murka Tuhan. Semua akan dibinasakan.

Betapa serius Tuhan menghukum orang-orang berdosa. Tak ada kompromi sedikit pun. Begitu kejamkah Tuhan? Tentu tidak. Tuhan tidak pernah bermaksud membinasakan manusia. Namun bila umat yang Dia kasihi kemudian berbalik dan melawan Dia maka tentu saja hukuman harus Dia nyatakan karena Dia adil adanya.

Oleh karena itu jangan sekali-kali bermain-main dengan dosa, sebab nantinya akan berhadapan dengan pengadilan Allah. Dan bila berhadapan dengan panasnya murka Allah, tak ada kekuatan apa pun yang bisa membuat orang menghindari hukuman Allah. Meski demikian, hendaknya ketaatan kita bukan hanya karena kita takut hukuman melainkan karena kita mengasihi Allah yang telah memberikan hidup kepada kita. Maka marilah kita isi hidup kita dengan melakukan segala sesuatu yang kudus, yang berkenan di hati Tuhan dan yang memuliakan nama-Nya.


e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/11/20/




Berbagi di Facebook
Wednesday, December 2, 2009

Berpegang teguh pada Allah (Zefanya 3:1-11)


Semua pemimpin secara eksistensial adalah abdi atau pelayan rakyat/umat. Kuasa yang dipercayakan merupakan pemberian Allah. Faktanya, banyak pemimpin yang melupakan tanggung jawab untuk mensejahterakan bangsa yang dia pimpin. Itulah yang terjadi pada pemimpin Israel. Zefanya menyapa para pemimpin dengan sebutan, "Si pemberontak" dan "Si cemar" (ayat 1). Sebutan ini menggambarkan bahwa para pemimpin telah tercemar dan menjadi barang najis. Artinya setiap pikiran, kata-kata, dan karya mereka adalah kecemaran dan merupakan pemberontakan kepada Allah. Allah sudah memperingatkan mereka dengan berbagai bencana, tetapi mereka semakin menjadi-jadi dalam kejahatannya (ayat 1, 6, 7). Para pemimpin yang dimaksud di sini ialah para pemegang kebijakan politik, sosial, dan keagamaan. Mereka adalah para raja, hakim, nabi, dan juga imam (ayat 3, 4). Inti dari kecemaran mereka adalah mereka tidak lagi berpaut pada Allah. Sikap itu tampak pada perbuatan-perbuatan me-reka yang tidak lagi sesuai dengan taurat Allah. Taurat Allah mengajarkan umat agar berlaku adil dan benar. Bila para pemimpin mengabaikannya maka lahirlah perbuatan yang keji, lalim, dan menindas orang lain.

Namun Tuhan masih memberi kesempatan agar mereka berbalik kepada Dia. Itulah sebabnya Tuhan belum juga mendatangkan hari penentu itu. Namun pada hari yang ditentukan Allah, akan tiba saat Allah menyatakan murka-Nya yang menyala-nyala. Maka sebelum kesabaran Allah habis, orang harus segera berbalik ke jalan-Nya. Murka
Allah akan membuat bangsa-bangsa dan sebagian umat yang rendah hati sujud menyembah Allah. Sedangkan yang sombong dan yang meninggikan dirinya akan disingkirkan Allah.

Berpegang teguh kepada Allah dan jalan-Nya adalah damai sejahtera yang abadi. Kualitas damai dan keabadian damai bagi setiap orang yang berpegang kepada Allah tidak akan tertandingi oleh damai sejahtera yang didasarkan pada kekuasaan dan harta.


e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/11/25/



Berbagi di Facebook
Tuesday, December 1, 2009

Biji mata Allah (Zakharia 2:6-13)


Bagaimana Tuhan menyatakan kasih-Nya kepada umat-Nya sekali lagi? Saat murka, Ia telah mencerai-beraikan mereka ke empat penjuru dunia (ayat 6). Mereka kehilangan jati diri dipisahkan dari tanah air leluhur mereka.

Ternyata penglihatan ini bermaksud menegaskan rencana Allah untuk menyatakan kasih-Nya lagi kepada mereka, lewat pemulihan yang tuntas. Yerusalem yang sudah diukur, akan menjadi tempat umat yang tercerai berai itu berkumpul dan menikmati lagi segala berkat-Nya. Demi kemuliaan-Nya, Ia bertindak membela umat-Nya yang telah tercela di penjajahan musuh. Bagi Tuhan, umat yang dikasihi-Nya itu adalah seperti biji mata-Nya. Bukankah ungkapan itu pernah disebut-sebut pada masa lalu (Ul. 32:10; lih. Mzm. 17:8), yang membuktikan bahwa Tuhan tidak pernah berhenti mengasihi mereka, walau mereka sering membuat Dia marah bahkan sakit hati. Sedemikian kasih Tuhan, sehingga siapa pun yang mengganggu umat-Nya, sama saja sedang mencolok mata-Nya. Siapa pun mereka itu, tidak akan luput dari pembalasan Tuhan (ayat 9).

Ternyata pula pemulihan umat Tuhan bukan hanya untuk dinikmati oleh segelintir orang. Yerusalem yang tidak bertembok itu, terbuka untuk segala bangsa yang mengakui Tuhan sebagai Allah mereka, dan mereka sebagai umat-Nya (ayat 11). Kita diingatkan, kasih Tuhan tidak terbatas pada umat-Nya, tetapi seluruh manusia menjadi
sasaran kasih Allah.

Sekali lagi, kita belajar bahwa kasih Tuhan dan perlindungan-Nya sungguh luar biasa. Tidak pernah ada kasih yang begitu konsisten, tidak dapat digoyahkan bahkan oleh kedurhakaan orang yang membalas kasih dengan pengkhianatan sekalipun. Bahkan kasih yang begitu rela mengurbankan Anak Terkasih sampai mati, demi menyelamatkan umat manusia yang lebih pantas dibinasakan. Adakah respons yang lebih tepat selain mengabdikan diri kepada Allah yang Maha Kasih agar semua orang boleh mengerti serta menerima kasih yang menyelamatkan itu?

Sumber :http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/12/02/


Berbagi di Facebook
Wednesday, July 15, 2009

Mari Mengingat Karya Tuhan (Mazmur 66)


Banyak orang yang tidak suka melihat masa lalunya, malah memilih untuk melupakannya saja karena menganggap masa lalunya kelam. Tak ada yang menyenangkan dan pantas untuk diingat.
Pemazmur dalam bacaan kita hari ini, begitu bersemangat melihat ulang pengalaman hidup yang telah dia lalui: Tuhan telah menjawab doa yang dia panjatkan dengan hati nuraninya yang tulus (ayat 16-20). Tuhan tentu tidak mau mendengar doa orang yang licik dan tidak tulus. Sebab itu pemazmur memuji-muji Allah dan mempersembahkan korban untuk menepati nazar yang telah dia ucapkan sebelumnya, pada waktu dia mengalami kesusahan (ayat 13-15).

Pemazmur pun mengajak umat Tuhan untuk mengingat ulang karya-karya Allah dalam perjalanan sejarah bangsa mereka. Dengan ajaib, Allah telah melepaskan mereka dari kejaran tentara Mesir (ayat 5-7). Dengan prajurit bersenjata di belakang mereka dan gulungan ombak di depan mereka, siapakah yang dapat menyangka sebelumnya bahwa Allah akan membelah laut menjadi jalan yang terbuka bagi mereka? Ajaib bukan? Maka meskipun pengalaman itu begitu mendebarkan, seolah nyawa berada di ujung tanduk, pemazmur dengan jelas menyaksikan bahwa Tuhan tidak membiarkan musuh berjaya atas mereka (ayat 8-12). Tuhan tidak membiarkan mereka binasa begitu saja. Oleh sebab itu pemazmur mengajak umat untuk merespons karya Allah yang ajaib itu dengan puji-pujian dan sorak sorai (ayat 1-4).

Seberapa sering Anda mengisi ibadah Anda dengan puji-pujian kepada Tuhan? Seberapa sering hati Anda terangkat karena mengingat ulang karya Tuhan dalam perjalanan hidup? Ketika hidup terasa menekan, ketika Anda kehilangan sukacita dan memandang dunia dengan kacamata buram, mari ingat lagi apa yang telah Allah lakukan dalam hidup Semua itu akan menyatakan kebesaran dan kasih Allah. Dengan mengingat-ingat semua itu, niscaya sukacita akan mengalir dan puji-pujian pun akan terucap dari bibir Anda.

Berbagi di Facebook
Sunday, June 14, 2009

Saling Menasihati (1 Korintus 4:14-17 )

Sikap dan tindakan macam apa yang sepatutnya menjadi ciri orang-orang yang bersahabat, berkerabat, atau bersekutu sebagai sesama orang beriman? Tepatkah bila karena ingin menghindari pergesekan perasaan, lalu masing-masing mengelak untuk menegur atau menasihati jika seseorang kedapatan keliru?

Dalam pergaulan bahkan di antara para sahabat dekat kita jumpai sikap demikian. Kita sungkan menegur atau menasihati orang-orang yang dengannya kita bersahabat cukup dekat. Kita khawatir perasaan yang ditegur akan tersinggung atau persahabatan

akan renggang. Benarkah demikian? Kita tahu bahwa itu tidak benar. Sebab seharusnya, semakin kita dekat dengan seseorang, semakin kita akrab, semakin kita terdorong memperhatikan dan memberikan yang terbaik bagi dia. Maka tidak sedia menegur bukan sikap yang tepat di antara orang yang berhubungan erat! Justru itu menunjukkan pertalian yang semu!

Menegur atau menasihati tidak hanya diperlukan sewaktu sahabat atau saudara seiman kita berbuat salah. Menegur atau menasihati harus ditempatkan sebagai bagian integral dari persekutuan yang saling membangun, agar karakter dan ajaran Kristus dipraktikkan. Memang orang yang "berhak" menegur atau menasihati, wajar harus orang yang lebih dewasa iman. Dalam perikop ini, Paulus menegur dan menasihati jemaat hasil pelayanannya. Juga orang yang "berhak" menegur harus seperti Paulus yaitu yang menjalani imannya hingga menjadi teladan. Namun jangan berpikir bahwa kita harus sempurna dulu baru dapat memberi nasihat. Prinsip yang utama di sini adalah bahwa setiap orang Kristen harus berusaha mewujudkan karya anugerah Allah dalam hidupnya dengan menuruti teladan Krisus. Dengan kata lain, yang "berhak" menasihati dan yang dinasihati, tidak bicara tentang tingkatan rohani. Ini adalah prinsip persekutuan Kristen.

Sebagai sesama murid Kris-tus, sebagai orang yang sedang berproses untuk tumbuh dalam Tuhan, kita perlu saling menegur, menasihati, mendukung, mendoakan, dst. Jika saling menasihati sirna dari kehidupan bersama kita, gereja atau persekutuan atau persahabatan kita sedang mengalami disintegrasi!

Thursday, June 4, 2009

SIAPAKAH ROH KUDUS ITU?

Dari antara semua pokok ajaran Kristen, tak satu pun yang akan membingungkan Anda selain pembahasan mengenai Roh Kudus. Pada saat saya membuka halaman pertama Alkitab dan membaca mengenai Roh Kudus, saya segera mengerti bahwa saya mengalami kesulitan. Pertama, saya telah banyak mendengar bahwa roh-roh itu tidak benar-benar ada. Mereka hanyalah hasil rekaman orang-orang dewasa untuk menakut-nakuti anak-anak kecil supaya mereka patuh. Kemudian, saya juga belum pernah mendengar tentang roh yang berpihak kepada orang-orang yang baik. Dalam cerita-cerita yang dikisahkan pada malam hari kepada saya ketika saya masih muda, misalnya bila saya dan anak-anak lain duduk di sekitar api unggun pada waktu kemping, roh-roh selalu berperan sebagai tokoh-tokoh jahat. Jelasnya, bercerita tentang roh-roh hanya memiliki satu maksud, yakni untuk menakut-nakuti orang.

Dengan latar belakang pengenalan akan kisah-kisah tentang roh-roh seperti di atas, tidak mengherankan jikalau orang-orang yang baru menjadi Kristen mengalami kesulitan memahami Roh yang sungguh-sungguh ada dan bahkan yang suci. Terjemahan Alkitab bahasa Indonesia menyebut Roh itu sebagai Roh Kudus. Kata Yunani "pneuma" untuk menyatakan Roh tidak banyak menyumbangkan pengertian yang jelas karena kata itu hanya berarti "angin" atau "napas". Tetapi kata Roh rupanya lebih dapat diterima dalam generasi kita ini. Kita harus membedakan antara zat dan roh. Kita sendiri terdiri dari kedua unsur ini, yakni tubuh (zat) dan roh. Tubuh adalah tempat kediaman roh kita. Bagian tubuh jasmani kita makin lama makin tua, lemah, dan rusak, lalu kelak akan mati. Tetapi bagian dari kita yang bersifat roh akan hidup untuk selama-lamanya. Inilah yang disebut kekekalan.

Alkitab berkata bahwa "Allah itu Roh". Itu berarti, Allah tidak memunyai tubuh jasmani. Karena Dia adalah Roh, maka Dia tidak dibatasi oleh satu tempat tertentu, melainkan Dia bisa hadir di mana-mana. Dalam istilah teologi, ini disebut sebagai Mahahadir. Ketika Yesus kembali ke surga setelah kebangkitan-Nya, Ia berjanji kepada murid-murid-Nya bahwa Ia akan mengirimkan Roh Kudus yang akan tinggal di dalam diri mereka dan bahwa Roh itu akan menjadi Guru, Pemimpin, dan Sahabat mereka. Selanjutnya dijanjikan juga, saat turun ke atas mereka, Roh Kudus akan mengaruniakan kemampuan untuk menyaksikan tentang Yesus kepada setiap orang. "Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kisah Para Rasul 1:8).
Sementara Anda bersekutu dengan orang-orang Kristen yang memunyai latar belakang gereja yang berbeda-beda, Anda akan melihat perbedaan pendapat tentang Roh Kudus dan pelayanan-Nya. Perjanjian Baru menggunakan berbagai ungkapan untuk menggambarkan kegiatan Roh Kudus itu. Ada pembicaraan mengenai "dibaptiskan" dengan Roh Kudus. Sebagian orang-orang Kristen percaya bahwa istilah-istilah ini hanyalah cara pengungkapan yang berbeda-beda mengenai pelayanan utama dari Roh itu kepada orang-orang Kristen. Orang-orang lain mengajarkan bahwa istilah-istilah tadi menggambarkan tingkat-tingkat pelayanan yang berbeda-beda dari Roh Kudus itu kepada kita. Kelak, permasalahan ini pasti ingin Anda pelajari secara mendalam bagi diri Anda sendiri. Tetapi untuk sekarang, haruslah Anda ketahui bahwa Roh Kudus sungguh-sungguh diam di dalam diri Anda, dan Ia akan menguatkan dan memampukan Anda menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah. Barangkali Anda ingin merenungkan dan mempelajari ayat-ayat firman Allah yang berhubungan dengan kebenaran-kebenaran tentang Roh Kudus, Anda dapat membacanya dalam Yohanes 14:16-17; 15:26, Kisah Para Rasul 1:5, 7, 8; 4:31, atau 1 Korintus 12:13.

Suka Menerima Hadiah

Setiap orang suka menerima hadiah, tidak terkecuali orang-orang Kristen. Dari pemberian seseorang, kita mengetahui banyak mengenai siapa pemberi itu. Hadiah-hadiah biasanya menyatakan kasih, kemurahan hati, pengertian, maupun perhatian pada pihak pemberi. Alkitab berbicara mengenai hadiah-hadiah atau karunia-karunia yang
diberikan oleh Roh Kudus kepada kita. Karunia-karunia tidak berwujud hadiah bendawi, melainkan berwujud talenta atau kemampuan yang diberikan oleh Roh Kudus agar kita mampu berbakti dan melayani Allah dengan berhasil. Apa sajakah karunia-karunia itu? Dalam Perjanjian Baru, Paulus memaparkan karunia-karunia itu di berbagai bagian
tulisannya. Ada baiknya kita membaca ayat-ayat berikut dengan saksama, kemudian menyusun karunia-karunia tersebut dalam sebuah daftar.

"Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota,tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut
kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin, siapa yang menunjukkan kemurahan hendaklah ia melakukannya dengan sukacita" (Roma 12:4-8).

"Ada rupa-rupa kurunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya" (1 Korintus 12:4-11).

"Itulah sebabnya kata nas: 'Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.' Bukankah 'Ia telah naik' berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi daripada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus" (Efesus 4:8-13).

Jelaslah, daftar yang diberikan oleh Paulus di atas bukanlah dimaksudkan untuk mengungkapkan semua karunia yang ada, tetapi untuk menggambarkan betapa banyaknya corak karunia-karunia yang disediakan Tuhan bagi orang-orang percaya dalam gereja. Dengan membandingkan bagian-bagian Alkitab ini, dapatlah kita membuat suatu daftar sebagai contoh yang saksama mengenai semua karunia yang ada. Memang ada bermacam-macam cara untuk menggolongkan karunia-karunia ini. Cara yang berikut barangkali dapat menolong kita.

1. Karunia-karunia yang diperlukan untuk kepemimpinan rohani dalam
gereja. Di sini Paulus menyebutkan berbagai bidang kepemimpinan,
yakni: pendeta, pengabar Injil, nabi, guru, dan administrator.

2. Karunia-karunia untuk melaksanakan pelayanan rohani kepada
orang-orang lain. Karunia-karunia ini diperlukan untuk melayani
orang-orang sakit, miskin, kecil hati, atau kecewa.

3. Karunia-karunia untuk membangun diri sendiri secara rohani.
Karunia-karunia ini adalah karunia iman, berkata-kata dengan
bahasa roh, menafsirkan bahasa roh, dan pengertian rohani.
(1 Korintus 14:6-25).

Jadi, kita dapat melihat bahwa Roh Kudus telah menyediakan segala sumber yang perlu untuk menyatakan firman Allah, baik kepada gereja maupun kepada dunia luar. Pertanyaan penting yang kedua ialah, dalam gambaran tersebut, di manakah tempat Anda? Dengan perkataan lain, bagaimana kita dapat memperoleh karunia-karunia ini? Jelas sekali, bahwa Roh Kudus tidaklah memberikan semua jenis karunia kepada satu orang, tetapi setiap orang Kristen diberi-Nya paling sedikit sebuah karunia. Jelaslah bahwa kita tidak mendapat karunia-karunia Roh itu dengan cara menginginkannya, memintanya dengan sangat, atau pun berusaha untuk memperolehnya. Kata Paulus, karunia-karunia itu diberikan oleh Roh Kudus menurut kerelaan-Nya sendiri atau "seperti yang dikehendaki-Nya" (1 Korintus 12:11) atau kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Itulah sebabnya karunia-karunia itu disebut pemberian atau hadiah. Hadiah-hadiah memang diberikan, bukan merupakan hasil dari usaha atau pekerjaan bilamana kita memenuhi syarat-syarat. Kalau tidak demikian, maka itu bukan lagi hadiah.

Yang Harus Dihindari

Ada dua kekeliruan yang harus kita hindari ketika memikirkan karunia-karunia Roh. Yang pertama ialah kekeliruan dalam mana kita sangat menginginkan karunia-karunia rohani yang paling menakjubkan seperti yang dimiliki oleh orang-orang lain. Rasul Paulus dengan tegas memberi peringatan dalam hal ini. Sering kali, saya menginginkan memiliki karunia dalam bidang musik maupun berceramah secara hebat. Dan bahkan yang lebih hebat lagi, saya mendambakan kemampuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit, bahkan menghidupkan orang mati. Ternyata karunia-karunia yang demikian tidak Tuhan berikan kepada setiap orang percaya. Seandainya karunia-karunia tersebut dapat diminta atau dituntut, maka setiap orang Kristen di dunia ini akan memilikinya. Memang menyembuhkan seseorang dari penyakit kanker yang ganas jelas lebih hebat daripada membawa sekeranjang buah-buahan kepada keluarga yang lapar. Namun, Roh Kudus yang sama yang memberikan kedua karunia itu, baik karunia penyembuhan maupun karunia "kemurahan" dalam melayani orang-orang yang membutuhkan pertolongan (Roma 12:8).

Oleh sebab itu, janganlah Anda iri hati atau cemburu melihat Roh Allah memberikan karunia yang lebih menggetarkan kepada orang lain. Sebaliknya, sadarilah apa karunia khusus yang Anda terima dari Tuhan. Kemudian mulailah mengembangkannya. Misalnya, bila Anda diberi Allah talenta atau karunia untuk menasihati, maka mulailah memerhatikan keadaaan di sekitar Anda dan pakailah setiap kesempatan untuk menggunakan karunia itu. Coba pertimbangkan kemungkinan-kemungkinan untuk mengunjungi orang sakit, orang yang berusia lanjut, atau orang yang sedang dilanda kesedihan karena orang yang mereka kasihi meninggal. Berdoalah bersama mereka, bacakanlah firman Tuhan kepada mereka. Tolonglah mereka memenuhi keperluan jasmani mereka, baik dengan memberikan makanan, uang, maupun dengan mengerjakan hal-hal yang tak sanggup mereka kerjakan karena satu atau lain sebabnya. Dengan berbuat demikian, Anda sebenarnya telah memakai karunia yang telah diberikan oleh Roh Kudus kepada Anda.

Kesalahan kedua yang sering kita temukan di kalangan Kristen ialah harapan atau anggapan bahwa kita semua harus menerima karunia-karunia yang bersamaan. Rasul Paulus mengatakan bahwa "ada rupa-rupa karunia" (1 Korintus 12:4). Selanjutnya dia menunjukkan bahwa setiap anggota tubuh seseorang memiliki fungsi yang khusus. Itulah sebabnya tidak bijaksana bila kita mengharapkan atau menganggap bahwa orang-orang Kristen lain harus menerima karunia yang sama seperti yang Tuhan berikan kepada kita. Mengenai pembagian karunia-karunia, haruslah kita serahkan sepenuhnya kepada Roh Kudus, karena hanya Dia sendirilah yang berwenang membuat keputusan itu. Mungkin Anda sudah menyadari karunia-karunia Anda. Kadang-kadang Anda dapat memastikan karunia-karunia yang Anda miliki dengan jalan menanyakan kepada teman-teman Kristen Anda yang bijaksana. Mereka akan memberitahukan kepada Anda karunia-karunia apa saja yang mereka dapat lihat dalam diri Anda.

Pasar Buah-Buahan

Buah-buahan yang sudah terlalu matang atau pun busuk, tidak ada harganya. Ini pelajaran bagi saya ketika saya masih muda. Saya pergi ke sebuah ladang pertanian dan melihat banyak buah apel berserakan di sekitar pohon. Saya heran, mengapa orang tidak mengambil buah apel yang berjatuhan di tanah itu. Sebenarnya lebih mudah memungut buah apel yang berserakan di tanah daripada yang masih melekat di ranting pohon, bukan? Namun, setelah saya menggigit beberapa buah apel yang gugur itu, ternyata sudah terlalu matang semuanya.

Dalam Kitab Galatia 5, Rasul Paulus menggambarkan secara bertentangan dua macam buah-buahan. Yang pertama ialah buah yang dihasilkan dari keinginan daging yang penuh dosa. Dalam ayat 19-21, Paulus menyebutnya sebagai "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percederaan, roh pemarah, kedengkian, kemabukan, dan pesta pora". Inilah buah yang busuk itu. Inilah penggambaran Paulus tentang kehidupan yang tidak saleh, di mana orang tersebut hidup dengan mementingkan dirinya sendiri dan hawa nafsunya. Sebaliknya, dalam ayat 22 dan 23, rasul itu berbicara mengenai "buah roh". Inilah mutu yang ditunjukkan oleh orang Kristen yang hidup dalam Roh Kudus. Ia mematuhi hukum Allah yang bersifat rohani, jasmani, dan susila. Apa sajakah mutu yang bagus itu? "Buah Roh" ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri". Supaya mudah, saya golongkan buah ini menjadi tiga kelompok.

Kelompok pertama berkaitan dengan mutu yang terdapat dalam hati manusia, yakni kasih, sukacita, dan damai sejahtera". Dengan perkataan lain, seseorang yang rohani atau saleh itu mengaslhi, penuh sukacita, dan memiliki damai sejahtera di dalam hidupnya. Anda tidak dapat menghasilkan buah yang baik atau membuktikan diri sebagai orang Kristen bila Anda suka mengkritik orang dengan penuh kebencian, atau suka mencemoohkan orang. Dan Anda tak dapat menjadi saksi Kristus yang berhasil bila hidup Anda penuh kesuraman dan terus bermuram durja. Dan tak mungkin Anda menjadi orang Kristen yang rohani bila ada suatu pertempuran yang berlangsung dalam diri Anda, sehingga Anda terus memusuhi diri sendiri dan orang-orang lain. Ketiga mutu ini -- kasih, sukacita, dan damai sejahtera -- adalah bukti dari kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus.

Kelompok yang kedua ialah berkenaan dengan keadaan dalam suatu hubungan. Paulus menyebutnya "kesabaran, kemurahan, dan kebaikan". Bagaimanakah kita menangani masalah ketidaksabaran? Kita serupa dengan orang Kristen muda yang berdoa, "Tuhan, berilah saya kesabaran dan saya maunya sekarang juga." Sebegitu mudah kita menjadi tidak sabar dalam hubungan-hubungan kita dengan orang lain. Dan bagaimana dengan buah kemurahan hati? Orang Kristen yang benar-benar rohani menunjukkan mutu kemurahan hati dalam hubungannya dengan semua manusia di sekelilingnya. Dengan perasaan malu, kita ingat saat-saat kita tidak bermurah hati terhadap orang lain, baik melalui sikap dan perbuatan maupun melalui kata-kata kita. Kita perlu menunjukkan sifat kelemahlembutan dan kemurahan seperti sifat yang dimiliki Kristus dalam pergaulan kita dengan orang lain. Selanjutnya, mutu yang berkaitan erat dengan kemurahan ialah kebaikan. Ini adalah sifat Kristen yang merupakan bagian yang
sebegitu dalam dari diri kita sehingga hal tersebut membedakan kita dari teman-teman lain. Dikatakan bahwa Yesus "berjalan berkeliling sambil berbuat baik" (Kisah Para Rasul 10:38). Kita juga sepatutnya mengisi hidup kita dengan tugas pelayanan ini.

Kelompok buah yang ketiga melibatkan disiplin pribadi dan terdiri dari "kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaaan diri". Pertama, seorang Kristen yang sungguh-sungguh rohani adalah orang yang dapat dipercaya. Dia adalah orang yang dapat diandalkan. Jika dia berjanji melakukan apa saja, dia selalu menepatinya. Kedua, lemah lembut. Dia tidak menyombongkan diri atau pun bersikap tidak menghormati orang lain, tidak sok berkuasa, dan tidak suka mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati. Ia tidak memandang remeh orang lain, tetapi sebaliknya ia bersikap lemah lembut dan penuh kasih dalam pergaulannya dengan orang lain. Yang terakhir Paulus mengatakan orang-orang Kristen yang rohani dapat menguasai dirinya. Orang Kristen yang memunyai dan menunjukkan mutu atau "Buah Roh" ini sanggup menguasai amarahnya, selera makan dan minumnya, maupun nafsunya. Karena Roh Allah tinggal di dalam dia, maka dia mampu menguasai dorongan-dorongan yang kuat itu. Memang ini merupakan penguasaan diri, namun kenyataannya orang itu menempatkan diri di bawah penguasaan Roh Kudus.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Pedoman bagi Orang Kristen Baru
Judul asli buku: After You've Said, "I Belive"
Penulis: Leroy "Pat" Patterson
Penerjemah: Hanna Saragih
Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1986
Halaman: 64 -- 76

Wednesday, June 3, 2009

Indahnya Sebuah Pengampunan (Mazmur 51)

Ada tujuh mazmur pengakuan dosa dalam Kitab Mazmur (Mzm. 6, 32, 38, 51, 102, 130, 143). Mzm. 51 ini merupakan mazmur pengakuan dosa yang paling indah. Ini adalah pengakuan dosa Daud setelah nabi Natan menegur dia karena perzinaannya dengan Batsyeba.

Daud meminta belas kasihan Tuhan karena ia tahu bahwa ia telah berdosa. Ia sadar bahwa hanya Allah yang dapat menghapus dosanya. Ia tahu bahwa Allah yang dia sembah adalah Allah yang pen rahmat (ayat 3). Walau Daud juga bersalah kepada Uria, suami Batsyeba,

tetapi ia mengerti bahwa yang terutama ia berdosa kepada Allah. Keberdosaannya membuat ia sadar bahwa ia memang mempunyai natur yang berdosa (ayat 7). Sebab itu ia rela menerima hukuman dari Allah yang adalah adil (ayat 6). Daud kemudian memohon supaya Allah membasuh dia (ayat 9). Daud juga meminta supaya hatinya ditahirkan dan batinnya diperbaharui (ayat 12). Ini sejalan dengan nubuat para nabi mengenai karya keselamatan yang akan Allah kerjakan (lih. Yer. 24:7; Yeh. 36:26). Perkataan Daud agar Allah tidak mengambil Roh-Nya yang kudus dari dirinya merupakan permohonan supaya Allah jangan menolak dia menjadi raja seperti yang telah Allah lakukan pada Saul (ayat 1Sam. 16:14). Untuk itu Daud berjanji akan mengajarkan jalan Tuhan kepada orang-orang lain untuk membawa mereka ke dalam pertobatan setelah Allah memulihkannya (ayat 14-15). Ia kemudian memohon supaya Allah melepaskan dia dari hutang darah tersebut. Daud sadar bahwa bukan darah kambing dan domba yang menghapuskan dosanya, tetapi hanya Allah yang dapat menghapuskan dosa jika ia datang kepada Allah dengan hati yang hancur (ayat 18-19).

Pertobatan Daud dari dosa yang begitu mengerikan dan pengampunan Allah yang begitu ajaib menunjukkan bahwa tidak ada dosa apapun yang dapat memisahkan umat Allah dari kasih Allah jika sungguh-sungguh bertobat. Karena itu jangan ragu untuk meminta ampun kepada Tuhan atas semua dosa kita, bagaimanapun najisnya.
Sumber : E-SH
Sunday, May 31, 2009

Kuasa yang dari Atas

Kisah Para Rasul 2:1-13
Ucapan selamat apa yang tepat diucapkan kepada sesama orang percaya pada Hari Pentakosta? Selamat atas kuasa yang dari Atas yang sudah dicurahkan kepada Anda! Hari Pentakosta merupakan hari dimulainya penggenapan janji Kristus kepada para murid-Nya sesaat sebelum kenaikan-Nya. Janji itu adalah bahwa mereka akan menerima kuasa untuk melaksanakan misi yang mereka emban dari-Nya.

Penggenapan itu mulai dengan turunnya Roh Kudus ke atas para murid sehingga mereka mengalami kuasa-Nya. Pertama, mereka mendapatkan karunia berkata-kata di dalam berbagai bahasa asing. Saat itu, hari raya Pentakosta menurut tradisi PL. Semua orang Yahudi, baik yang di Palestina maupun yang dari luar Palestina, berkumpul merayakannya di Yerusalem. Orang-orang Yahudi nonPalestina masing-masing memiliki

bahasa menurut daerah tempat tinggal mereka. Orang-orang Yahudi inilah yang menjadi saksi para rasul bisa berbicara kepada mereka dalam bahasa mereka masing-masin (ayat 6-11). Memang beberapa orang yang mendengarkan hal itu, mencemooh para rasul sebagai sedang mabuk sehingga mengoceh tidak karuan (ayat 13). Sangat mungkin para pencemooh ini berasal dari Palestina sehingga tidak mengerti bahasa-bahasa nonPalestina. Kedua, para murid mendapatkan keberanian untuk berkata-kata di depan publik. Sebenarnya mereka berkumpul di satu tempat saja di sebuah rumah (ayat 1). Namun saat Roh Kudus mengurapi mereka, mereka ke luar dan berbicara di tengah-tengah kerumunan orang Yahudi yang sedang beribadah di sekitar bait Allah.

Bagaimana kita merayakan Pentakosta? Pertama, dengan menaikkan syukur atas kuasa Roh yang menaungi gereja dan orang percaya untuk memberitakan Injil dengan berani. Kedua, dengan memperlengkapi dan mengutus orang percaya untuk pergi ke seluruh dunia membawa berita Injil itu. Mari mulai dari diri kita sendiri. Mungkin Tuhan sedang menggerakkan hati kita untuk menyerahkan diri memenuhi panggilan-Nya. Jangan tunda apalagi tolak panggilan-Nya.
Sumber : E-SH
Thursday, May 28, 2009

Aman dalam Perlindungan Allah (Mazmur 48)

"Allah adalah kasih", itulah pernyataan yang agung dan sangat berharga bagi kita sebagai umat Allah. Namun sayangnya banyak orang percaya kemudian mendenifisikan kasih Allah sebagai kasih yang memanjakan, yang tidak menuntut, dan yang membiarkan kejahatan tidak dihukum. Nas hari ini menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang menegakkan keadilan dan memberikan penghakiman yang dahsyat kepada orang-orang fasik.

Saat murka Allah dinyatakan maka kegentaran menimpa raja-raja yang berkumpul melawan Dia (ayat 5-7). Kesakitan yang dahsyat menimpa raja-raja tersebut sehingga dikatakan mereka kesakitan seperti perempuan yang akan melahirkan (ayat 7). Murka Allah tersebut disambut baik oleh umat Allah dan mereka pun memuji Allah yang telah

menegakkan keadilan (ayat 11). Umat bersorak-sorai karena penghukuman Tuhan atas bangsa-bangsa itu (ayat 12). Mereka memuji Allah, yang telah me-lepaskan Sion dari musuh-musuhnya. Yerusalem menjadi aman karena berkat dan perlindungan Allah. Sejak semula Allah memang selalu menyelamatkan umat-Nya dengan menghakimi bangsa-bangsa dan orang-orang fasik. Allah me-nyelamatkan umat Israel dari perbudakan Mesir dengan menjatuhkan 10 tulah atas orang Mesir dan menenggelamkan kereta-kereta kuda Mesir di Laut Merah.

Banyak orang yang mencela tindakan Allah yang meme-rintahkan bangsa Israel menumpas habis orang Kanaan. Na-mun kita harus menyadari bahwa dalam hal ini, Allah sedang menyatakan keadilan dan penghakiman kepada orang Kanaan (band. Kej. 15:16). Begitu pula dalam nas hari ini pemazmur dan umat Allah melihat murka Allah terhadap bangsa-bangsa sebagai suatu penegakan keadilan dan mereka bersukacita atas tindakan Allah yang Maha Adil. Kita harus dapat melihat bahwa selain penuh kasih, Allah juga adil, Ia akan menghukum setiap kejahatan dengan keras. Allah yang demikian seharusnya memberi rasa aman dan penghiburan bagi kita yang berlindung pada-Nya.
Sumber : e-SH

Wednesday, May 27, 2009

Sang Mesias dan Mempelai-Nya (Mazmur 45)

Nas ini menggambarkan seorang raja agung pada hari pernikahannya. Sang raja digambarkan sebagai yang terelok, penuh kemurahan, dan diberkati Allah (ayat 3). Ia juga digambarkan sebagai pahlawan agung yang menegakkan kebenaran dan keadilan (ayat 4-5). Ia akan menghancurkan musuh-musuhnya dan akan menaklukkan segala bangsa di bawah kakinya (ayat 6). Raja yang digambarkan demikian agung dan mulia tentu merupakan raja yang sangat luar biasa. Ayat 7 secara harfiah berkata "Takhtamu ya Allah, tetap untuk sete-rusnya dan selamanya" (LAI menerjemahkannya sebagai "Takhtamu kepunyaan Allah . . . ."). Ternyata raja yang dimaksud adalah Allah sendiri. Dengan demikian mazmur ini adalah mazmur mesianik, yang menunjuk kepada Kristus.

Sang mempelai wanita digambarkan tunduk kepada sang mempelai pria sebagai raja dan tuannya (ayat 12), dan bukan lagi kepada bangsanya dan seisi rumah ayahnya (ayat 11). Dengan menundukkan diri kepada sang calon suami, sang mempelai wanita mendapat kehormatan karena orang-orang yang tunduk kepada suaminya juga tunduk kepada dia dan membawa banyak hadiah (ayat 13). Sang mempelai wanita dibawa ke hadapan sang mempelai pria dalam keindahan dan keagungan, serta dengan teriakan sukacita (ayat 14-16). Mempelai pria kemudian dijanjikan masa depan yang penuh dengan anak-anak yang akan memerintah di seluruh bumi dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (ayat 17-18).

Karena merupakan mazmur mesianik, ini merupakan gambaran ketika Gereja sebagai mempelai wanita akan dipersembahkan kepada Sang Raja yang adalah mempelai pria. Sang mempelai wanita akan dipersembahkan sebagai perawan suci kepada Kristus (ayat 2Kor. 11:2). Gereja akan diberikan kehormatan yang luar biasa dan akan memerintah bersama-sama Sang Raja (ayat 2Tim. 2:12).

Kitalah Gereja yang akan dipersiapkan menjadi mempelai Yesus Kristus yang kudus dan mulia. Maka menjadi bagian kitalah untuk memelihara kehidupan yang kudus dan mulia.
Sumber : E-SH

Sunday, May 24, 2009

Menjadi Saksi Kristus (Kisah Para Rasul 1:1-11)

Apa yang menjadikan peristiwa di perikop pertama Kisah Para Rasul ini istimewa? Pertama, Yesus berulang kali menampakkan diri-Nya kepada para murid-Nya untuk meyakinkan mereka bahwa Dia sungguh sudah bangkit (ayat 3). Kedua, Yesus menjanjikan Roh Kudus akan membaptis mereka untuk memperlengkapi mereka dalam tugas panggilan menjadi saksi Kristus (ayat 4, 8). Ketiga, Yesus naik ke surga sebagai tanda bahwa tugas-Nya di dunia ini sudah selesai(ayat 9).

Respons para murid sebenarnya cukup memprihatinkan. Di saat kebangkitan Yesus memberi pengharapan baru bagi mereka yang sempat kehilangan asa, ternyata konsep berpikir mereka masih keliru (ayat 6). Mereka masih berpikir bahwa Yesus akan menegakkan kerajaan Israel seperti pada masa lampau (PL). Bila demikian, tentu Yesus akan menjadi Raja dan mereka sendiri akan menduduki jabatan-jabatan penting di sekitar Dia.

Sebenarnya Yesus mengajarkan mereka mengenai Kerajaan Allah (ayat 3b) yang bersifat rohani. Yaitu Kerajaan Allah yang ditegakkan melalui kematian-Nya di kayu salib yang menga-lahkan kuasa dosa dan melalui kebangkitan-Nya yang mengalahkan kuasa maut. Kerajaan Allah yang bersifat rohani ditegakkan ketika manusia tunduk dan mengakui kedaulatan Allah atas hidupnya. Untuk menegakkan kerajaan Allah seperti itu tentu bukan dengan kekuatan manusia, melainkan kekuatan Allah sendiri. Itu sebabnya Yesus meminta mereka menanti di Yerusalem sampai Roh Kudus turun atas mereka. Baru dengan kuasa yang dari Atas tersebut mereka dimampukan menjadi saksi Kristus untuk penegakan Kerajaan Allah di atas muka bumi ini.

Ingat orang Kristen dan gereja punya tugas mulia memberitakan Injil agar manusia berdosa dibebaskan dari be-lenggu dosa untuk dapat menyembah Allah sebagai Raja. Sudahkah Anda memberi diri dipenuhi oleh Roh Kudus sehingga kuasa-Nya memampukan Anda menjadi saksi-Nya di mana pun Anda berada?

Supaya Genap Dua Belas

(Kisah Para Rasul 1:15-26)
Mengapa Yudas perlu digantikan? Pertama, agar jumlah rasul tetap utuh dua belas sebagaimana pertama kali Tuhan Yesus memilih para murid-Nya. Angka dua belas penting bagi umat Yahudi karena mereka sendiri terdiri dari dua belas suku. PL memang mencatat Tuhan menghukum keras suku-suku Israel karena keberdosaan mereka. Namun PL juga menjanjikan pemulihan terhadap mereka. Mereka dikatakan akan dipersatukan kembali, seperti masa dua belas suku bersatu. Yesus telah menubuatkan kedua belas rasul pilihan-Nya bahwa mereka akan memimpin umat Tuhan bersama Yesus dalam kemuliaan-Nya kelak (Mat. 19:28). Ini senada dengan kutipan Mazmur oleh Petrus di ay. 20a bahwa musuh Tuhan harus dimusnahkan (Mzm. 69:26), dan ja-batannya harus digantikan (Mzm. 109:8). Agar kekristenan diterima dan diakui orang Yahudi maka dua belas rasul merupakan pasangan yang tepat dengan dua belas suku Israel.

Alasan kedua, Yudas harus digantikan untuk mengemba-likan keutuhan dan kemurnian keduabelas rasul yang dinodai oleh pengkhianatan dirinya. Petrus memaparkan kematian Yudas yang mengerikan sebagai upah kejahatannya (ayat 18-19). Pengganti Yudas harus memenuhi syarat, seorang yang per-nah bersama Yesus semasa hidup-Nya dan juga menjadi saksi bagi kebangkitan Kristus (ayat 21-22). Namun yang paling penting adalah, proses pemilihan itu secara final diserahkan kepada Tuhan Yesus sendiri, agar Dia yang menentukan(ayat 24-25).

Apa yang dilakukan Petrus dan murid-murid Yesus lainnya mungkin tidak lazim bagi kita yang hidup pada masa kini, tetapi memiliki makna yang penting secara teologis. Pertama, penyelesaian masalah di gereja selalu harus berdasarkan kebenaran firman Tuhan yang digali dan diterapkan secara tepat. Kedua, dosa harus cepat dibereskan. Ketiga, kepemimpinan harus memenuhi kriteria tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan. Yang terakhir, melalui doa yang sungguh-sungguh gereja menyerahkan keputusan final pada Tuhan bukan pada kebijaksanaan manusia.
Sumber : e-SH

Sunday, May 17, 2009

Mati bagi Dosa, Hidup bagi Kristus

Dosa manusia membuat kasih karunia Allah tercurah sehingga manusia menerima pembenaran. Lalu bolehkah kita berbuat dosa terus supaya kasih karunia Allah terus menerus mengalir atas kita (ayat 1)? Pertanyaan ini sebenarnya menggelikan. Bagaimana mungkin seorang anak berpikir un-tuk melawan orang tuanya karena tahu bahwa orang tuanya akan memaafkan dia?

Lahir baru membuat dosa tidak lagi berkuasa atas kita karena Kristus telah mati untuk menebus kita. Kita telah bebas dari pengaruh dosa karena kesatuan kita dengan Kristus. Lalu bagaimana mungkin orang yang telah mati bagi dosa kemudian hidup dalam dosa (ayat 2)? Yang mati dan bangkit bersama Kristus sepantasnya hidup bagi Kristus. Kita harus tunduk pada Kristus karena Dialah yang sekarang menjadi Tuan kita. Ini bukan pilihan, melainkan tugas yang harus dilakukan oleh setiap orang Kristen.

Persekutuan kita dengan Kristus akan berdampak pada proses pengudusan yang progresif. Hendaknya kita tidak lagi menggunakan tubuh kita untuk melakukan dosa karena kita bukan budak dosa lagi (ayat 5-6). Dosa bukan lagi tuan kita. Ketika kita mati bagi dosa maka hubungan kita dengan dosa pun berubah. Tidak akan pernah sama lagi seperti sebelumnya. Dosa tidak lagi memiliki kuasa atas kita. Yang mati terhadap dosa tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tetapi taat di dalam Kristus sehingga hidup bagi Allah.

Ciri pengikut Kristus adalah sifat-sifatnya yang baru. Tabiat dan kebiasaan lama tidak ada lagi, sudah terkubur. Yang baru bangkit dan tumbuh bersama Kristus, menghasilkan banyak buah. Seluruh anggota tubuh dipakai untuk tujuan yang berbeda. Kalau dulu penuh keluh kesah dan sumpah serapah, kini penuh syukur dan pujian. Yang biasa mencela kemudian menghibur dan memberi semangat. Yang malas jadi rajin dan suka menolong. Yang serakah dan mementingkan diri sendiri kemudian jadi murah hati, suka berbagi, dan berusaha mengerti masalah/posisi orang lain.
Sumber : e-SH
Saturday, May 9, 2009

Dididik untuk Taat (Filipi 2:12-16)

Dalam hal apa ketaatan dan keselamatan berhubungan? Dalam hal ketaatan menghasilkan keselamatan, dan wujud keselamatan berintikan ketaatan.

Jangan salah sangka. Kita selamat bukan oleh ketaatan. Alki-tab menyatakan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah tanpa syarat. Persyaratan yang Allah tuntut sudah dibayar oleh ketaatan hidup dan kematian Kristus. Maka perolehan kesela-matan tidak melibatkan andil apa pun di pihak kita. Kita hanya memercayai janji dan undangan Injil serta memercayakan hidup kepada Yesus, dan kita selamat.

Bukan saja akibat ketidaktaatan Adam yang diubah oleh ketaatan Yesus yang menghasilkan keselamatan kita. Ketaatan Yesus pun menghasilkan dalam orang percaya kehidupan yang tumbuh dalam ketaatan. Lalu apakah ketaatan sesudah kita diselamatkan

harus kita perjuangkan sendiri atau sepenuhnya hasil anugerah Allah? Dan bagaimana kita mengalami ketaatan itu bila nyata-nyata pengaruh dosa masih se-ring mendorong kita untuk tidak taat? Unsur apa saja yang men-dukung terwujudnya ketaatan dalam hidup kita?

Kita patut bersyukur akan janji firman ini. Ketaatan bukan hasil perjuangan kekuatan manusiawi kita. Bukan hasil resolusi akhir tahun, bukan dengan jalan memompa kehendak, tidak juga karena berbagai teknik pemotivasian diri. "Allahlah yang mengerjakan ... baik kemauan maupun pekerjaan" (ayat 13). Roh Allah tinggal di dalam orang yang menjadi milik Kristus (Rm. 8:14-17). Ia bekerja menciptakan hasrat baru di dalam kita, yaitu hasrat menaati Allah. Tidak hanya sampai di hasrat, tetapi Ia bekerja sampai hasrat itu terwujud dalam tindakan ketaatan kita sehari-hari. Maka tindakan ketaatan kita sekadar mengikuti dorongan dan karya Roh di dalam kita.

Prinsip ini melibatkan proses pendidikan dari Allah yang kita alami sebagai perjuangan berat. Pendidikan untuk taat akan melibatkan sikap takut dan gentar. Melibatkan kesediaan untuk mengganti tolak ukur duniawi dengan pertimbangan alkitabiah. Akan juga melibatkan latihan untuk tidak bersungut dalam berelasi. Namun bila kita jalani karya dan daya Roh dalam kita, perlahan tapi pasti kita akan memancarkan keajaiban anugerah-Nya.
Sumber : E-SH
Tuesday, May 5, 2009

Tidak Percaya Berakhir Binasa (Roma 1:18-32)

Berdusta, mencuri, menipu, sering kita sebut sebagai dosa. Namun apakah makna dosa yang sesungguhnya? Dosa adalah ketidakpercayaan kepada Allah. Mengapa orang tidak percaya kepada Allah? Apakah karena Allah tidak me-nyatakan diri kepada mereka?

Sesungguhnya tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengetahui bahwa Allah ada. Bentangan langit dan alam semesta merupakan penyataan keberadaan Allah. Seperti kita dapat mengenal seorang penulis melalui tulisannya, atau seorang pelukis melalui lukisannya, begitu pula kita dapat mengenal Allah melalui karya cipta-Nya. Siapakah yang tidak kagum melihat Danau Toba atau keindahan dunia bawah laut di Bunaken, tetapi tidak takjub pada kuasa Pribadi yang menciptakan semua itu? Seharusnya manusia merespons Allah yang berkuasa itu dengan pujian dan penyembahan (ayat 21). Namun apa yang terjadi? Tindak tanduk manusia malah menunjukkan perlawanan pada Allah. Segala

perbuatan manusia seolah-olah memperlihatkan anggapan bahwa Allah tidak ada: menindas kebenaran dengan kelaliman (ayat 18), menyembah berhala (ayat 23, 25), dan mengganti hubungan yang wajar dengan suami/istri dengan sesuatu yang menjijikkan yaitu hubungan sesama jenis/homoseksual (ayat 26-27). Penolakan terhadap Allah mengarahkan orang pada penyembahan berhala dan kemudian berlanjut pada kehidupan amoral. Maka Allah akan menghukum mereka. Bukan hanya nanti, tetapi juga kini. Mereka dihukum dengan mendapatkan apa yang mereka inginkan (ayat 24, 27 b). Terdengar enak? Tidak juga. Ketidakpercayaan pada Allah akan mengarahkan orang pada kehidupan tanpa Allah. Berbuat semaunya tanpa kendali dari Allah hanya akan membawa manusia pada kebinasaan kekal.

Betapa mengerikan dampak dosa bagi manusia. Bermula dari ketidakpercayaan dan berakhir pada kebinasaan. Anda tentu tidak ingin binasa, begitu pula dengan orang-orang di sekitar Anda. Karena itu bicarakan hal ini dengan mereka juga agar mereka percaya kepada Allah dan tidak binasa.
Sumber : Sabda

Friday, May 1, 2009

Menang dalam Pencobaan

Pencobaan macam apa yang Anda alami? Tiap orang mengalami pencobaan berbeda-beda. Yang sama ialah tak seorang Kristen pun hidup tanpa pencobaan. Maka Tuhan mengingatkan kita untuk berjaga-jaga agar jangan jatuh dalam pencobaan (Mrk. 14:38), Yakobus pun memberi penghiburan (Yak. 1:2,12). Dan sesuai ajaran Tuhan kita memohon, "jangan bawa kami ke dalam pencobaan" (Mat. 6:13).

Selama kita di dunia ini, kita hidup dalam lingkungan yang berpotensi mencobai kita untuk berdosa. Indra kita dengan mudah menangkap sinyal-sinyal pencobaan dari sekitar kita. Mau rakus, mau tamak, mau cabul, mau benci, mau duniawi, mau kejam, mau menyembah berhala modern? Lihat saja ke depan, ke belakang, atau ke mana pun, semua itu siap membelit kita. Lebih celaka lagi, di dalam kita ada suatu kecenderungan yang bila tidak terus menerus kita percayakan pada kuasa penyucian Roh-Nya, akan mendorong kita untuk menomplok pencobaan tadi.

Lebih dari kita, Tuhan ingin kita menang, kuat, dan sesuci Dia. Lalu mengapa Ia membiarkan kita hidup dalam pencobaan? Pertama, Ia tidak membiarkan, Ia setia menyertai. Ia mengendalikan apa yang boleh mencobai kita, apa yang tidak. Ia siap memberi jalan keluar agar kita menang. Kedua, pencobaan dialami umat Tuhan di segala tempat dan abad. Ada yang jatuh, ada yang menang. Meski jatuh pun, Allah menolong, menegur, memberi jalan pertobatan dan pemulihan (kisah Daud, Petrus, Paulus dan Barnabas). Yang menang seperti Yusuf, juga bukan karena sifatnya istimewa tetapi karena mengimani campur tangan dan kebaikan-Nya. Jadi, tak ada pilihan selain hidup dalam pencobaan, dan kita akan mengalami penyertaan, pertolongan, pemurnian dari Tuhan.

Apa tanggung jawab kita? Berjaga-jaga terhadap semua yang berpotensi dosa. Jangan biarkan standar ganda. Bukan hanya membunuh, membenci pun dosa. Bukan saja berzina, menginginkan dengan hati pun berzina. Bukan hanya percaya ilah palsu, serakah pun sama dengan menyembah berhala! Hanya jika kita berpegang pada firman-Nya dan sepenuhnya bergantung pada kemurahan-Nya, kita yang lemah ini, bisa dibuat-Nya menjalani proses kemenangan.
http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/05/02/
Wednesday, April 1, 2009

SIAPA YANG MENYALIBKAN TUHAN YESUS?

Tanya:

Siapa yang menyalibkan Tuhan Yesus? Mengapa Ia harus disalib dan siapa yang bertanggung jawab atas kematian-Nya?

Jawab:

Suatu tragedi telah terjadi kurang lebih 2000 tahun yang lalu, tatkala seorang yang bernama Yesus dijatuhi hukuman mati dan disalib di atas Bukit Golgota. Bukankah di mata rakyat jelata, Yesus dianggap sebagai Nabi besar, bahkan dipandang sebagai seorang Mesias, yaitu seorang yang diutus Allah untuk membebaskan umat-Nya dari cengkeraman dosa dan kematian? Tetapi mengapa Yesus disalib? Siapa yang bertanggung jawab atas kematian-Nya?

Mungkin dengan spontan orang akan menjawab, Yudas Iskariotlah yang harus bertanggung jawab atas kematian Yesus. Memang Yudas adalah murid Tuhan Yesus, tetapi kemudian ia mengkhianati Tuhan. Ia berjanji sanggup menyerahkan Yesus di tangan orang-orang jahat, asal saja dengan imbalan jasa yang berupa uang. Hal ini disetujui, maka terjadilah penangkapan Yesus di taman yang sepi, Taman Getsemani.



Maka ada orang yang mengatakan bahwa Sanhedrinlah yang harus bertanggung jawab atas penyaliban Yesus. Dari Getsemani, Yesus dibawa ke pengadilan Yahudi, Sanhedrin namanya. Di situ, Yesus dikeroyok dengan tuduhan-tuduhan palsu yang bertubi-tubi. Karena palsu, tuduhan-tuduhan itu tidak mengenai sasarannya. Maka para Farisi merasa sangat jengkel dan mendesak Yesus untuk menjawab hanya satu pertanyaan saja: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah atau tidak?" Jawab Yesus: "Benar, engkau telah mengatakannya." Maka imam besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia sudah menghujat Allah, untuk apa kita perlu saksi lagi?" Dengan demikian, Sanhedrinlah yang telah menjatuhi hukuman mati atas Yesus.

Memang, oleh Sanhedrin, Yesus telah divonis sebagai orang yang tidak dapat diampuni dosanya. Karena Ia melanggar "kehormatan Allah". Tetapi Sanhedrin tidak berhak untuk menjalankan hukuman tersebut. Maka oleh orang Yahudi, Yesus telah dibawa ke pengadilan penguasa Romawi yang pada waktu itu menguasai bangsa Yahudi. Di dalam pengadilan kedua ini, Pontius Pilatus bertanya kepada penuduh: "Apa yang kau tuduhkan terhadap Yesus ini?" Jawab mereka: "Jikalau orang ini bukan orang jahat, tiada juga kami menyerahkan Dia kepada tuan." Alasan ini kurang jelas bagi Pilatus, karena itu ia mendesak supaya mereka mengajukan hal-hal yang konkret. Para pemimpin Yahudi berpikir: "Tentu Pilatus tidak mau menjatuhi hukman mati, kalau alasannya hanya Yesus mengaku Anak Allah", karena itu mereka datang dengan tuduhan-tuduhan yang dibuat-buat sebagai berikut:
1. Ia menyesatkan bangsa Yahudi,
2. Ia melarang orang membayar pajak,
3. Ia mengatakan diri-Nya sendiri Raja (dalam arti, untuk menandingi
dan melawan kaisar Romawi).

Setelah Pilatus mengadakan dialog dengan Yesus, Pilatus mengambil kesimpulan bahwa Yesus tidak bersalah apa-apa. Yesus tidak memunyai keinginan jahat, bukan orang yang memberontak terhadap pemerintahan Romawi. Lalu Pilatus keluar mendapatkan orang-orang Yahudi dan mengumumkan pembebasan Yesus dari tuduhan-tuduhan mereka: "Aku ini tidak mendapati suatu kesalahan pun pada-Nya."

Seharusnya sampai di sini proses pengadilan itu sudah dapat diakhiri dengan pembebasan Yesus. Akan tetapi, karena desakan-desakan politis, ancaman-ancaman, dan intimidasi dari pihak pemimpin agama Yahudi, Pilatus yang mula-mula berdiri tegak hendak melepaskan Yesus, akhirnya terpaksa menyerah kalah terhadap tuntutan-tuntutan orang Yahudi itu, sehingga karena habis akal ia menyerahkan Yesus ke tangan mereka untuk disalibkan.

Dari pembahasan di atas, seolah-olah ada tiga pihak yang harus bertanggung jawab atas kematian Yesus, yaitu: Yudas, pemimpin-pemimpin orang Yahudi, dan Pilatus. Tetapi hal ini masih belum menyatakan keseluruhan fakta, mengapa Yesus mati, sebab kematian Yesus sudah diizinkan, bahkan telah ditentukan, oleh Allah Bapa seperti yang tercantum dalam Kisah Para Rasul 27-28, "Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau tentukan dari semula ole kuasa dan kehendak-Mu."

Dengan demikian, kita mengetahui bahwa kematian Yesus adalah "maksud dan rencana" Allah Bapa. Namun, Bapa tidak pernah memaksakan Yesus untuk menyerahkan nyawa-Nya. Yesus berkata: "Tidak seorang pun mengambil dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali" (Yoh. 10:18).

Kalau begitu, Yesus sendirilah yang dengan rela hati menyerahkan nyawa-Nya untuk disalib dan mati. Dan Dialah yang bertanggung jawab atas kematian-Nya sendiri.

Tetapi hal ini pun belum membentangkan kisah yang sempurna tentang kematian Yesus. Mengapa Yesus merelakan diri-Nya untuk mati di atas kayu salib? Alkitab mengatakan bahwa "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci" (1 Kor. 15:3). "Ia mengalami maut bagi semua manusia" (Ibr. 2:9). Paulus juga mengatakan bahwa Yesus "yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Gal.2:20)

Dengan demikian, kita boleh mengambil kesimpulan bahwa kitalah, yaitu umat manusia secara individual, yang telah menyalibkan Yesus. Orang-orang berdosa yang menyebabkan Yesus mati di atas kayu salib. Kitalah orang-orang durhaka yang harus bertanggung jawab atas kematian Kristus Yesus.

Demikianlah tragedi penyaliban Tuhan Yesus telah digenapi menurut rencana Allah dalam rangka menyelamatkan isi dunia ini. Memang Yesus sudah mati bagi dosa kita. Namun, pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati, membuktikan bahwa Ia telah sukses menunaikan misi yang dibebankan Bapa kepada-Nya, supaya barang siapa yang percaya akan Dia jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Menjawab Pertanyaan Kontemporer
Penulis: David Pan Purnono
Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 1994
Sumber online: Situs Christian Counseling Center Indonesia
Alamat url: http://c3i.sabda.org/bab_ii_tentang_yesus_kristus

TUJUAN YESUS MEMIKUL SALIB


Tujuan Yesus memikul salib dibagi dua. Yang pertama adalah menghapuskan dosa manusia (Mat. 26:28; Rm. 6:6-11). Yang kedua adalah Tuhan Allah dan Yesus datang kepada batin orang yang sudah dihapuskan dosanya, lalu bersatu dengannya (Kis. 2:36-38; Gal. 2:20; Rm. 8:9-11). Sebelum Yesus memikul kayu salib, Roh Allah belum diberikan kepada para pengikut-Nya (Yoh. 7:38-39). Yesus meniupkan napas-Nya kepada pengikut-pengikut-Nya dan berkata, "Terimalah Roh Allah." Sebelum Yesus diangkat ke surga, Dia memberi perintah kepada mereka agar menunggu kedatangan Roh Allah yang sudah dijanjikan-Nya serta menjadi saksi-saksi untuk-Nya di Yerusalem, di seluruh Yudea di Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Kemudian, Dia diangkat ke surga (Kis. 1:4-8). Lalu, pada hari Pentakosta mereka dikuasai oleh Roh Allah dan menyebarkan kabar baik tentang Yesus Kristus(Kis. 2:1-4). Ini berarti bahwa Yesus memikul kayu salib untuk menghapuskan dosa para pengikut-Nya dan Roh Allah yang meninggalkan manusia karena dosanya, datang kembali kepada para pengikut-Nya yang tidak berdosa. Di manakah Tuhan Yesus yang memikul kayu salib untuk menghapuskan dosa kita? Mari kita baca firman-Nya dan percaya pada-Nya.

Gal. 2:20, "Sekarang bukan lagi saya yang hidup, tetapi Kristus yang hidup dalam diri saya. Hidup ini yang saya hayati sekarang adalah hidup oleh iman kepada Anak Allah yang mengasihi saya dan yang telah mengurbankan diri-Nya untuk saya." (BIS)

Yoh. 14:20, "Bila tiba hari itu, kalian akan tahu bahwa Aku bersatu dengan Bapa, kalian bersatu dengan Aku, dan Aku bersatu dengan kalian." (BIS)

Why. 3:20, "Lihat! Aku berdiri di depan pintu dan mengetuk. Kalau ada orang yang mendengar suara-Ku, dan membuka pintu, Aku akan masuk menemui dia; Aku akan makan bersama-sama dia dan ia makan bersama-sama Aku." (BIS)

Gal. 4:6, "Karena kalian adalah anak-anak Allah, Allah menyuruh Roh Anak-Nya masuk ke dalam hati Saudara dan hati saya, yaitu Roh yang berseru, 'Bapa, ya Bapaku.'" (BIS)

Rm. 8:9-11, "Tetapi kalian tidak hidup menurut tabiat manusia. Kalian hidup menurut Roh Allah–kalau, tentunya, Roh Allah sungguh-sungguh memegang peranan di dalam dirimu. Orang yang tidak memunyai Roh Kristus, orang itu bukanlah kepunyaan Kristus. Tetapi kalau Kristus hidup di dalam dirimu, maka meskipun badanmu akan mati karena dosa, namun Roh Allah memberikan hidup kepadamu, sebab hubunganmu dengan Allah sudah baik. Kalau Roh Allah, yang menghidupkan Kristus dari kematian, hidup di dalam dirimu, maka Ia yang menghidupkan Kristus dari kematian itu, akan menghidupkan juga badanmu yang dapat mati itu. Ia melakukan itu dengan Roh-Nya yang hidup di dalammu." (BIS)

1 Kor. 3:9, "Kami adalah orang-orang yang sama-sama bekerja untuk Allah; dan kalian adalah seperti ladang Allah. Saudara-saudara adalah seperti gedung Allah juga." (BIS)

1 Kor 3:16, "Tahukah Saudara bahwa kalian adalah Rumah Allah? Dan bahwa Roh Allah tinggal di dalam kalian?" (BIS)

Why. 20:4, "Lalu saya melihat takhta-takhta, dan orang-orang yang duduk di takhta-takhta itu diberi kuasa untuk memutuskan hukuman. Saya melihat juga jiwa-jiwa orang-orang yang sudah dipenggal kepalanya karena mereka memberi kesaksian tentang Yesus, dan menyebarkan pesan dari Allah. Orang-orang itu tidak menyembah binatang, ataupun patungnya. Mereka pun tidak pernah menerima tanda binatang itu pada dahi atau pada tangan mereka. Maka mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama Kristus selama seribu tahun." (BIS)

Yesus tinggal di dalam hati kita setelah menghapuskan dosa kita sesuai dengan isi Alkitab. Inilah tujuan Yesus memikul kayu salib sekaligus merupakan harapan kita. Jika seseorang yang tidak tahu arti Alkitab dengan baik atau bukan umat Kristen, berbicara apa yang benar atau salah tentang isi Alkitab, maka dia melakukan kesalaha besar. Orang-orang seperti itu tidak layak untuk berbicara tentang Alkitab. Seharusnya mereka harus memberi kesaksian tentang Yesus setelah dikuasai oleh Roh Allah. Dengan demikian, mereka akan bersyukur setelah memahami dengan baik arti salib Yesus yang merupakan keselamatan dan kebanggaan bagi kita.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Healing All Nations
Penulis: Tidak dicantumkan
Alamat URL: http://healingallnations.shinchonji.kr/lang/id/archives/23

KEMATIAN YESUS MENGHASILKAN KESELAMATAN UMAT MANUSIA YANG PASTI

10 April 2009 umat kistiani di seluruh dunia akan merayakan peringatan kematian Yesus. Dalam bahasa Indonesia, hari ini disebut Jumat Agung. Dalam bahasa Inggris disebut "Good Friday", artinya Jumat yang baik sekali. Berbeda-beda orang memberikan julukan kepada hari kematian Yesus Kristus. Pada hari Jumat Agung, banyak orang Kristen masuk gereja dengan baju hitam dan muka yang sedikit berkerut dari biasanya. Bahkan beberapa gereja sangatmenyakralkan Jumat Agung. Mereka memasuki gereja dengan berlutut sebagai tanda penghormatan mereka akan kematian Yesus Kristus. Tetapi, sebenarnya yang terpenting dalam kehidupan-kehidupan kristiani adalah makna dan kuasa salib Kristus yang harus kita miliki, hayati, dan hidupi.

1 Korintus 1:18: "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."

Ketika beberapa hari lalu saya berada di Finlandia, bersama Pdt. F.Pattiradjawane, kami dijamu makan oleh pejabat kedutaan besar RI di Finlandia. Beliau bertanya, mengapa di Finlandia yang mayoritas penduduknya Kristen, jarang kelihatan gedung gereja. Lalu seorang pendeta Finlandia yang bersama dengan kami menjawab bahwa sekarang di negara ini muncul satu "agama", yaitu agama materialisme. Banyak orang Finlandia mendewakan pekerjaan/keuangan, mendewakan penemuan-penemuan baru, mendewakan IT (Information Technology). Jadi walaupun negara itu berlandaskan agama Kristen Lutheran, bahkan benderanya dibubuhkan tanda salib, tetapi belum tentu masyarakatnya memiliki pemberitaan Injil keselamatan dari salib Kristus.

Bukan hanya sekarang, tetapi dari dulu sudah ada kelompok yang menganggap bahwa pemberitaan tentang salib Kristus itu adalah suatu kebodohan. Mereka beranggapan bahwa pemberitaan salib hanyalah bagi kisah agama orang yang melarat dan bagi orang-orang yang sudah mendekati ajalnya. Namun, Paulus berkata bahwa bagi kita yang diselamatkan, pemberitaan itu adalah kekuatan Allah, kuasa Allah.

Saya sangat gembira kalau sudah berada di kota Seoul, Korea. Di kota Seoul, berdiri sekitar 10 ribu gereja. Dan setiap gereja, di atasnya ada salib dengan lampu merah. Jadi, kalau malam kita melihat kota Seoul seperti hutan salib. Begitu indah. Salib menjadi satu simbol kristiani yang tegak berdiri walaupun banyak orang menentangnya.

Lukas 23:39-43. Ketika disalib, Yesus tidak sendirian. Di kanan kirinya ada dua orang kriminal, dua orang penyamun atau penjahat. Waktu itu Yesus betul-betul dalam keadaan menderita sekali. Paku ukuran 10 inci dihujamkan di kedua belah tangan-Nya. Dan paku satu lagi dihujamkan di kedua kaki-Nya yang disatukan. Sehingga oleh paku itu tubuh Yesus tergantung. Di kepala-Nya juga ada mahkota duri yang dihujamkan ke batok kepala-Nya. Jadi, bisa kita bayangkan bagaimana darah mengalir dari batok kepala, dua tangan, dan kaki-Nya. Belum lagi darah yang mengalir dari punggung-Nya oleh 120 cabikan daging karena cambukan serdadu Romawi. Kepalanya dipukul dan yang terakhir tombak dari serdadu Romawi menusuk lambung-Nya sehingga terjadi kucuran deras darah dan air.

Tetapi dalam keadaan yang sangat mengenaskan itu, Yesus berdoa kepada Bapa, katanya: "Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" Lukas 23:34. Yesus mengampuni orang-orang yang menombak, membunuh, mencambuk, memakukan paku, dan menghujatnya-Nya. Inilah prinsip kristiani. Kristen tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan. Orang Kristen tidak boleh mengutuk dan menghujat orang. Pembalasan adalah haknya Allah. Allah adalah hakim yang adil. Orang Kristen selalu diajar untuk mengampuni.

Tetapi dalam keadaan sekarat, ada seorang penjahat di sebelahnya berkata: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Penjahat ini mengejek Yesus, menghina ke-Tuhanan dan ke-Mesias-an-Nya, karena "tak berdaya" di salib. Dia tidak mengetahui rencana Allah bahwa Yesus harus disalib untuk keselamatan umat manusia.

Tetapi seorang penjahat lainnya di sebelah Yesus berkata: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Dari ayat ini kita melihat bahwa terjadi pertobatan pada penjahat yang satu lagi. Dan inilah kelahiran baru seorang Kristen, apabila ia bertobat, menyadari bahwa ia orang berdosa. Bagus sekali kalau orang tua kita Kristen, lantas kita juga kristen. Tetapi kekristenan dimulai bukan karena diturunkan dari orang tua yang Kristen. Kekristenan dimulai jika ada satu jiwa yang bertobat, yang sadar bahwa dia adalah orang berdosa, dan percaya kepada Yesus yang tidak berdosa.

Penjahat itu kemudian berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Penjahat ini rindu keselamatan dan percaya bahwa Yesus adalah Raja Keselamatan. Ini adalah syarat keselamatan. Keselamatan diterima bukan waktu dibaptis semasa bayi atau karena memakai kalung atau anting salib, atau karena orang tua Kristen. Tidak! Keselamatan datang serta merta waktu kita bertobat dan percaya kepada Yesus.

Lalu Yesus berkata kepada orang jahat yang bertobat itu: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." Ini sesuatu yang luar biasa. Seorang penjahat yang sudah dihukum gantung, yang seharusnya akan binasa, tetapi waktu ia bertobat dan percaya kepada Yesus, Yesus berkata bahwa pada hari itu juga ia akan bersama dengan Yesus di Firdaus. Yesus tidak pernah bekerja tunggu hari besok, tetapi selalu hari ini. Hari ini kalau engkau percaya kepada Yesus, engkau pasti selamat.

Roma 5:8-10, kematian Yesus menghasilkan:

Pertama: Kita DIBENARKAN. Oleh karena dosa, kita seharusnya dihukum mati, dikenai murka Allah. Tetapi karena Yesus menggantikan posisi kita, maka kita dibenarkan. Kita tidak lagi di bawah penghukuman. Kita berada di bawah anugerah (Roma 8:1).

Kedua: Kita DISELAMATKAN dan PASTI selamat. Beberapa waktu lalu, ada orang terkenal meninggal dan beberapa pemuka agama menyerukan doa supaya arwahnya diterima di sisi Tuhan. Mereka belum yakin kalau tidak didorong oleh banyak doa, orang itu tidak selamat. Tetapi bagi orang Kristen, keselamatan dalam Yesus adalah pasti. Bukan mudah-mudahan, atau moga-moga. Di dalam iman kepada Yesus Kristus yang mati dan bangkit.

Ketiga: Oleh penyaliban Yesus, kita dibenarkan, tidak dihukum. Kita memperoleh anugerah keselamatan. Dan kita, umat manusia yang percaya, DIPERDAMAIKAN dengan Allah.

Oleh sebab itu, kita mesti bersyukur untuk korban Yesus di Golgota. Puji Tuhan! Selamat PASKAH! Haleluya!

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: gpdimaranatha.org
Penulis: Pdt. M.D. Wakkary
Alamat URL:
http://gpdimaranatha.org/index.php?option=com_content&task=view&id=241&Itemid=32

KETAKUTAN DAN KESUKAAN BESAR

Baca: Matius 28:1-10

"Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus." (Matius 28:8)

Maria dan beberapa wanita yang pergi bersamanya mengunjungi tempat pemakaman Yesus, tidaklah mengharapkan sambutan yang mereka terima di kubur. Mereka datang pada waktu dini hari untuk membalurkan rempah-rempah pada tubuh Teman mereka -- tanpa mengetahui bagaimana caranya untuk masuk ke dalam kubur. Mereka tercengang karena melihat batu besar telah tergeser dari lubangnya. Bahkan yang lebih menakjubkan, mereka melihat seorang malaikat sedang duduk di atasnya.

Tidaklah mengherankan jika mereka merasakan takut dan takjub. Akan tetapi, mereka juga merasakan sukacita yang besar setelah malaikat itu mengundang mereka masuk untuk melihat ke dalam kubur kosong, dan kemudian menyuruh mereka untuk pergi dan memberitahukan kepada para murid yang lain, bahwa Yesus telah bangkit.

Hampir 2000 tahun setelah pemberitahuan yang pertama tersebut, kita para pengikut Yesus juga memiliki perasaan yang tak menentu dalam membagikan berita baik seperti itu. Kita merasakan sukacita yang besar karena Yesus hidup, tetapi juga merasakan ketidaknyamanan di dalam menceritakan tentang Dia kepada orang lain. Para wanita merasa takjub karena melihat dan mendengar seorang malaikat di pintu kubur, tetapi ketakutan kita berbeda. Kita takut akan apa yang orang lain mungkin pikirkan tentang kita ketika kita memberitahukan mereka bahwa Yesus telah bangkit. Namun, sama seperti Maria dan wanita lainnya, kita memiliki tanggung jawab untuk memberitahukan orang
lain tentang kabar baik ini. Roh Allah akan menolong kita untuk mengatasi ketakutan dan membagikan sukacita kita yang besar. -- JDB

Oh, betapa sukacita -- Tuhan sudah bangkit!
Maut dikalahkan Anak Allah;
Beri kami keberanian 'tuk bersaksi, ya Tuhan;
Tuntun kami 'tuk mencari yang sesat. -- D.DE Haan

Kabar baik tentang kebangkitan terlalu baik
untuk disimpan bagi diri kita sendiri.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Kemenangan dalam Kebangkitan
Judul asli buku: Our Daily Bread Special Easter Edition 2005
Penulis: J. David Branon
Penerjemah: Tim RBC Indonesia
Penerbit: RBC Ministries, Jakarta 2004
Halaman: 48 -- 49

Artikel ini juga pernah ditampilkan di situs YLSA
==> http://www.ylsa.org/ketakutan_dan_kesukaan_besar

Wednesday, March 18, 2009

Syarat: Iman + Ampuni

Markus 11:20-26

Pernah mengalami kuasa iman dalam hidup Anda? Yesus menggambarkan kuasa iman yang begitu hebat, yaitu sanggup memindahkan gunung dan melemparkannya ke laut (ayat 23). Luar biasa bukan? Namun apakah itu benar-benar bisa terjadi? Yesus memakai gambaran itu untuk melukiskan sesuatu yang kelihatannya mustahil dilakukan,tetapi menjadi mungkin karena Allah Mahakuasa. Dan mukjizat semacam itu adalah hasil dari doa yang dinyatakan di dalam iman.

Yesus mendorong murid-murid-Nya untuk memiliki iman yang meyakini bahwa Allah juga mendengarkan mereka. Iman yang bergantung kepada Allah yang Maha kuasa dapat menggapai segala sesuatu yang tidak mungkin bagi manusia melalui doa (band. Yak. 1:6). Meminta adalah bentuk umum dari doa. Murid yang sejati akan berdoa untuk segala sesuatu (Mat. 6:10). Orang percaya dapat memperoleh apa yang diminta dalam doa asal sesuai dengan kehendak Tuhan (band. Mat. 6:10, 7:7). Jangan mengkhawatirkan kesanggupan Allah karena Allah Mahakuasa.



Meski demikian, kurangnya iman bukanlah satu-satunya hambatan bagi keefektifan doa. Kurangnya pengampunan kepada sesama juga dapat menghambat kuasa doa. Kadang-kadang hati yang sulit mengampuni bisa lebih keras dari gunung manapun. Sebab itu sebelum berdoa, ingatlah dulu apakah kita punya masalah dengan orang lain. Bila ya, selesaikan dulu, setelah itu lanjutkan berdoa. Jika kita tidak memaafkan orang yang bermasalah dengan kita, kita pun tidak akan memperoleh pengampunan dari Bapa di sorga (Mat.6:14-15). Di sini kita belajar bahwa sebuah disiplin iman seperti doa sama pentingnya dengan hubungan baik terhadap sesama(band. Rm. 12:18).

Maka ingatlah bahwa berdoa secara efektif perlu dilandaskan pada iman kepada Allah, bukan kepada obyek doa kita. Dan sebelum berdoa ingatlah dulu, apakah kita masih punya ganjalan dengan orang lain di sekitar kita. Jika masih, bereskan dulu barulah
datang kepada Allah.


e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/03/19/

Iman Memampukan Melihat

Markus 10:46-52

Setiap orang pasti mempunyai harapan dalam hidupnya. Bisa berupa kehidupan yang layak, kedudukan atau karier yang mantap, relasi yang baik, dan sebagainya.

Lalu apa yang menjadi harapan seorang buta, seperti Bartimeus? Tentu agar dia dapat melihat. Selama itu ia hidup dalam kegelapan. Ia hanya bisa mendengar cerita orang tentang cerahnya sinar matahari, tanpa bisa melihatnya. Maka ketika mendengar bahwa rombongan Yesus melewati tempat dia duduk mengemis, dia tidak mau melewatkan kesempatan itu sedikit pun. Mungkin sebelumnya ia telah mendengar berita tentang mukjizat-mukjizat yang Yesus lakukan. Siapa tahu itulah saatnya bagi dia untuk mengalami mukjizat Yesus. Lalu berteriaklah dia memanggil-manggil Yesus(ayat 47). Dia tak menghiraukan orang-orang yang menyuruh dia diam (ayat 48).

Adalah menarik bila kita melihat bahwa Bartimeus memanggil Yesus dengan sebutan "Anak Daud". Sebutan ini bagai memperdengarkan pengharapan mesianik. Mungkin ungkapan Bartimeus bernuansa politis, tetapi melalui peristiwa ini Yesus menyatakan kemesiasan-Nya.

Kita juga melihat bahwa harapan Bartimeus yang dilandasi iman, yaitu agar ia dapat melihat, digenapi. Harapan itu menuntun dia memasuki masa pemuridan dan pengenalannya akan Yesus, yang saat itu dalam perjalanan menuju salib. Peristiwa ini juga memperlihatkan sikap Bartimeus sebagai seorang murid. Responsnya untuk meninggalkan segala sesuatu demi ikut Yesus, yang dilambangkan dengan 'melemparkan jubahnya' (ayat 50), bertolak belakang dengan orang kaya yang tidak rela meninggalkan harta miliknya (ayat 17 dst). Keinginannya 'hanya untuk dapat melihat'juga bertolak belakang dengan Yakobus dan Yohanes yang minta kedudukan.

Beriman kepada Yesus dan menjadi murid-Nya bukan mengarahkan kita kepada hal-hal yang bersifat materi, tetapi menolong kita untuk memahami makna salib Kristus. Belajarlah dari Bartimeus, yang meskipun buta fisik, tetapi dapat melihat Tuhan dengan imannya.


e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/03/16/