Friday, April 23, 2010

Berintegritas di tengah kebobrokan (Matius 27:57-66)

Mempertahankan hidup yang penuh integritas dan berani tampil beda di tengah manusia, dunia atau sistem yang sudah rusak oleh dosa tidaklah mudah. Tidak sedikit orang yang akhirnya terseret mengikuti arus dunia sehingga menjadi orang yang gagap atau hidup menurut kelakuan orang fasik.

Dosa merusak segala aspek kehidupan, termasuk aspek keagamaan. Sebagai bukti, Mahkamah Agama Yahudi yang hidup penuh kemunafikan. Sehari- hari mereka mengajarkan hukum Taurat dengan berbagai tradisi ketat buatan mereka sendiri. Namun mereka sendiri yang melanggarnya. Mereka tidak puas dengan hanya berhasil membunuh Yesus, mereka ingin memastikan tubuh Yesus yang dikubur tidak dicuri oleh para
murid. Mereka rela melanggar hukum Sabat dengan meminta kepada Pilatus untuk mendapatkan penjaga dan segel (ay. 62 mengatakan "keesokan hari sesudah hari persiapan" berarti hari Sabat). Dahulu mereka mengecam Yesus sebagai pelanggar hari Sabat (ayat 12:2, 10). Kini, bahkan mereka terjun langsung melanggar peraturan mereka sendiri dengan melakukan dan mengatur penjagaan tersebut (ayat 66).

Sebaliknya, Yusuf yang termasuk anggota Mahkamah Agama, berani tampil beda (Luk. 23:50) Ia tidak menyetujui pembunuhan Yesus (Luk. 23:51). Ia berani menyatakan bahwa dirinya adalah murid Yesus dan ia tidak takut dibenci dan dikucilkan oleh rekan-rekannya di Mahkamah Agama Yahudi. Ia menyatakan kasih yang penuh pengorbanan dengan meminta izin dari Pilatus untuk mengurusi mayat Yesus serta mempersembahkan kuburan yang terbaik dan masih baru untuk Dia.

Demikian juga dengan perempuan-perempuan yang menyaksikan peristiwa penyaliban, mereka hadir terus untuk menunjukkan kasih dan hormat mereka pada Sang Guru. Justru, sebaliknya kesebelas murid Yesus tak satu pun yang muncul.

Janganlah sampai Anda terjebak kemunafikan seperti para pemuka agama Yahudi atau kepengecutan para murid, Sebaliknya teladani Yusuf yang tulus dan berintegritas dan para perempuan yang tetap hadir saat Tuhan mereka disalib.
Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/sh/2010/04/05/

0 komentar:

Post a Comment