Thursday, April 22, 2010

Panggilan untuk Bertobat (Yehezkiel 18:30)

Mengapa bila Allah dalam Yesus telah menyediakan anugerah keselamatan, kita tetap dituntut untuk bertobat? Bukankah anugerah berarti kita membawa segala kegagalan kita dan tanpa andil apa pun menerima
keselamatan dari-Nya? Apakah anugerah Allah dan pertobatan kita tidak menjadi kontradiksi?

Kita perlu mengerti bahwa Allah sendiri "bertobat" dalam sikap-Nya terhadap dosa manusia. Akar kata bertobat (bhs. Ibr.) berarti menyesal, mengeluh, meratap. Allah bukan Allah yang tidak terpengaruh dan tidak peduli tentang kejahatan manusia, serta bagaimana kejahatan itu merusak kehidupan manusia. Alkitab mengungkapkan berbagai reaksi emosional Allah terhadap dosa. Yaitu penyesalan-Nya tentang kondisi manusia yang menyimpang dari yang Ia kehendaki, dan penyesalan yang membuat Ia bertekad untuk tidak membiarkan proses kehancuran itu tetap berlangsung. Inilah yang sesungguhnya melahirkan anugerah Allah kepada manusia. Anugerah- Nya menginginkan manusia berubah!

Bertobat berarti berubah. Berubah sikap terhadap Allah dan terhadap dosa. Semua dosa adalah perlawanan kepada Allah. Ketika kita berdosa kita menantang, mengejek, dan menolak Allah dari hidup kita. Orang yang berdosa menyerahkan hasrat dan cintanya kepada sesuatu yang bukan kehendak Allah. Semua ini kita tinggalkan. Kita bertobat, berubah sikap terhadap Allah, tentang dosa, dan tentang hasrat dosa kita! Bertobat juga berubah arah dalam perjalanan hidup kita. Berubah sikap menghasilkan perubahan orientasi hidup. Pikiran, kehendak, perasaan, penilaian, imajinasi dan arah perhatian kita tidak lagi berporoskan "aku dengan hasrat-hasratnya yang salah" tetapi Allah, kehendak dan kebenaran-Nya. Bertobat berarti berubah perilaku. Perpalingan orientasi hidup membuat perjalanan kehidupan keseharian kita berubah arah dan isi! Dalam perpalingan menyeluruh yang terus berproses nyata, kita menjalani kehidupan ke arah Allah, perjalanan hidup baru!

Pertobatan kita sesungguhnya adalah merespons anugerah Allah. Anugerah yang memanggil kita untuk bertobat, kini memberdayakan orang yang menyambut panggilan itu.

0 komentar:

Post a Comment