Tuesday, April 20, 2010

Pilihan Allah (Roma 9:1-18)

Israel adalah bangsa pilihan Allah, pewaris perjanjian Allah. Dari merekalah akan lahir Mesias, sang Jurusela-mat. Mereka memiliki hak istimewa untuk menjadi saksi mata penyataan kemuliaan Allah, terutama ketika mereka keluar dari Mesir. Allah memilih Israel untuk menjadi kerajaan imam (Kel. 19:5-6) untuk membawa bangsa-bangsa kepada Allah (Yes. 42:6). Semua keistimewaan ini tidak diperoleh bangsa lain. Walau demikian mereka menolak Yesus Kristus, Anak Allah. Mereka malah menyalibkan Dia, yang akan menyelamatkan mereka. Penolakan ini berdampak fatal bagi mereka.

Israel sendiri seolah tutup mata terhadap fakta tersebut. Mereka membanggakan diri sebagai keturunan Abraham dan umat pilihan. Padahal pilihan Allah atas Israel bukan hanya karena faktor keturunan (ayat 6-10). Ingatlah bagaimana Allah memilih Ishak dan bukan Ismael, memilih Esau dan bukan Yakub. Jadi tidak semua keturunan Abraham merupakan pewaris perjanjian. Orang tidak bisa menyatakan diri sebagai pewaris berkat Allah hanya karena ia keturunan orang yang diberkati Allah. Fakta bahwa Allah memilih yang satu dan bukan yang lain sama sekali tidak memperlihatkan ketidak-adilan Allah. Allah yang kudus tidak mungkin bertindak tidak adil. Masalah pilihan adalah masalah kasih karunia. Kemurahan dan belas kasihan Allah diberikan menurut kehendak Allah dan bukan kehendak manusia. Bila Allah bertindak berdasarkan kebenaran manusia, tak seorang pun selamat.

Pilihan ini juga bukan berdasarkan perbuatan manusia (ayat 11). Allah memilih bukan karena seseorang lebih saleh dan yang lain lebih jahat. Allah kudus dan harus menghukum dosa, tetapi Allah penuh kasih dan ingin menyelamatkan orang-orang berdosa. Bila ada yang tidak diselamatkan, ini berarti keadilan-Nya dijalankan. Bila ada yang diselamatkan, kasih-Nya dinyatakan. Dalam kesemuanya, kedaulatan Alah ditegakkan. Maka jika keselamatan kita memperlihatkan pilihan Allah atas kita, jangan sombong. Beritakan agar orang lain pun beroleh karunia itu.
Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/sh/2010/04/11/

0 komentar:

Post a Comment