Yesus memberikan contoh agar para murid melihat de-ngan jelas bagaimana menjalani hidup yang benar yang sesuai dengan ajaran- Nya. Yesus mengutip penafsiran keliru para pemimpin agama Yahudi akan Taurat, dan memberikan penafsiran-Nya yang benar dan berotoritas. Ia menegaskan motivasi di balik melakukan Taurat. Yaitu etika hati.
Yesus menentang penafsiran yang sempit dan yang membuka peluang untuk dosa! Membunuh bukan semata-mata perbuatan fisik, marah dan menfitnah juga bisa membunuh (21-26). Adalah munafik bila melakukan ritual ibadah dengan hati mendendam. Perzinaan telah dimulai dari hati yang kotor, berfantasi jorok melecehkan lawan jenis, dan akhirnya bermuara pada perbuatan zina (27-30). Melegalkan perceraian adalah sama dengan menolak penetapan Tuhan mengenai pernikahan kudus (31-32). Apalagi pada zaman itu, ada kekeliruan dalam menafsirkan Taurat, yakni perceraian boleh dilakukan oleh seorang suami ketika ia menemukan ketidak-pantasan apa pun dari istrinya. Bagaimana dengan bersumpah (33-37)? Pada masa itu ada pandangan bahwa bersumpah asal tidak langsung dengan nama Allah, dianggap tidak mengikat (34-36). Itu sebabnya Yesus menegaskan bahwa bukan sumpah, tetapi adanya konsistensi kata dengan perbu-atan: Jika Ya katakan Ya, jika Tidak katakan Tidak! Dua contoh terakhir berhubungan erat dengan motivasi kasih (38- 48). Hukum mata ganti mata atau lex talionis yang merupakan pembalasan digantikan pembalasan dengan kasih. Mengasihi harus dengan kasih Ilahi, bukan semampunya manusia (48)!
Semua dimulai dari hati! Hati yang sudah diperbarui oleh Roh Kudus yang melahirbarukan orang berdosa menjadi anak Tuhan. Dengan hati yang sudah diperbarui, mari kita melakukan segala sesuatu dengan pemahaman yang benar.
http://www.gkiisidikalang.co.cc
e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2010/01/08/
Berbagi di Facebook
0 komentar:
Post a Comment