Wednesday, June 23, 2010

Pelayan sebagai teladan (1Korintus 9:1-18)

Mengapa banyak pelayan Tuhan tak bisa memberikan teladan yang baik? Mengapa sulit menjadi teladan? Khususnya bila menyangkut sikap dan perilaku di seputar uang, harta milik, atau fasilitas.

Penyebabnya adalah karena yang bersangkutan tidak menempatkan hak dan pengorbanan secara tepat dan seimbang. Pertama, pelayan Tuhan harus hati-hati tentang haknya. Sifat dosa dapat membuat pelayan Tuhan egois sehingga bukan melayani sebaliknya menuntut pelayanan. Tak tertutup kemungkinan malah menjadikan Tuhan sebagai pelayan kepentingan dan kehormatan dirinya. Sebagai rasul, Paulus sebenarnya sudah berbuat sangat banyak. Secara manusiawi ia boleh disebut telah membuat jemaat Korintus berhutang Injil kepada Paulus. Maksudnya, pelayanan Pauluslah yang telah membuat mereka mengenal Kristus. Kegigihan dan
pengorbanan Paulus telah menghasilkan banyak karunia yang dinikmati jemaat Korintus. Maka sebenarnya Paulus berhak atas hal-hal yang wajar, seperti membawa istri, beroleh tunjangan hidup, tidak usah bekerja agar dapat konsentrasi pada pelayanan, dsb. Menerima hak secara wajar adalah prinsip pertama agar seorang pelayan Tuhan menjadi teladan. Hanya jika ia menuntut lebih dari yang wajar, maka ia jatuh ke dalam ketamakan, keegoisan, dan menimbulkan citra buruk.

Kedua, keteladanan juga menyangkut kesediaan berkorban. Hak wajar yang seharusnya Paulus terima telah ia korbankan untuk menunjang kemajuan pelayanan. Maka karena tak beristri, ia tak perlu ongkos ekstra atau berbagi perhatian. Karena bekerja, ia tidak bergantung secara finansial pada dukungan pihak lain. Paulus meninggalkan keteladanan yang sangat terpuji. Namun di sini kita harus hati-hati. Berkorban berlebihan dalam pelayanan pun dapat membuat pelayan Tuhan meninggalkan teladan buruk. Jika pelayan Tuhan bekerja berlebihan sampai sakit-sakitan, misalnya. Atau sampai membuat anak-anaknya kehilangan ayah atau ibu karena mereka tidak punya waktu.

Maka layanilah Tuhan dan sesama dengan menjadi teladan, yaitu dengan membatasi hak dengan pengorbanan, pengorbanan dengan hak, secara
seimbang. Sumber : E sabda

0 komentar:

Post a Comment