Tuesday, December 22, 2009

Dipakai Tuhan (Matius 1:1-17)


Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris (ayat 1820-1903), pada suatu  kesempatan pernah mengatakan bahwa "The wise man must remember  that while he is a descendant of the past, he is a parent of the    future" (orang bijak menyadari bahwa dia, bukan saja pewaris masa lalu, tetapi juga pembentuk masa depan). Mungkin pertimbangan   semacam ini pula yang mendasari penilaian terhadap bibit, bebet, dan bobot seseorang.

Untuk memperlihatkan siapakah Yesus Kristus sebenarnya, Matius memulai injilnya dengan menuliskan silsilah-Nya. Silsilah ini  ingin menunjukkan bukti bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan   di dalam PL. Dua nama besar dalam sejarah bangsa Yahudi disebut   di awal, yaitu Abraham dan Daud. Abraham adalah bapa bangsa  Yahudi, yang melalui dia, semua orang di bumi akan mendapat   berkat (Kej. 12:3). Daud adalah raja Israel yang sangat terkenal  dan disegani.

Silsilah ini melibatkan empat puluh enam nama yang hidup dalam kurun  waktu dua ribu tahun (ayat 17). Semua adalah nenek moyang Tuhan    Yesus, dengan aneka pengalaman, kerohanian, dan kepribadian. Di    antara nenek moyang Tuhan Yesus, ada yang menjadi pahlawan iman   seperti Abraham, Is-hak, Rut, dan Daud. Namun ada pula yang   mempunyai masa lalu kelam seperti Rahab dan Tamar. Sebagian yang    lain berasal dari masyarakat kebanyakan: Hezron, Ram, Nahason,    dan Akhim. Ada juga yang jahat seperti Manase dan Abia. Fakta    tersebut mengingatkan kita bahwa karya Tuhan di dalam sejarah    tidaklah dibatasi oleh kegagalan dan dosa-dosa manusia. Dia   bekerja bukan hanya di dalam diri orang-orang dengan nama besar,    melainkan juga orang-orang biasa.

Sebagaimana Tuhan memakai berbagai macam orang untuk menghadirkan   Anak-Nya ke dalam dunia ini, Dia memakai berbagai macam orang    pula untuk menggenapkan rencana agung-Nya atas dunia ini. Tuhan    juga ingin memakai Anda sebagai perpanjangan tangan-Nya. Siapkan    dan relakan diri Anda untuk dipakai sebagai alat kemuliaan-Nya.

http://www.gkiisidikalang.co.cc
e-SH versi web:          http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/12/23/



Berbagi di Facebook
Sunday, December 20, 2009

Keselamatan yang holistik (Zakharia 10:1-12)

Dosa membuat persekutuan manusia dengan Allah menjadi rusak. Hanya  anugerah Allah yang dapat memulihkannya. Pemulihan itu mulai  dengan pemberian keselamat-n. Keselamatan yang bersifat  menyeluruh.

Israel pernah memberontak kepada Allah dengan me-nyembah berhala.   Mereka meminta hujan dari terafim dan para juru tenung (ayat 2).  Israel seperti itu karena tidak ada penggembalaan dari para   pemimpinnya - Israel seperti domba liar (ayat 3). Puncak dari   kejatuhan Israel, yaitu ketika Allah menyerahkan mereka kepada    Asyur dan Babel, dua bangsa kafir adikuasa. Jadi boleh dikatakan    bahwa Israel, umat Tuhan ini, mempunyai masalah besar dalam hal  kekeringan rohani, perbudakan oleh kuasa gelap, dan penindasan    secara politik oleh kekuatan asing. Tiga hal ini membuat mereka   jauh dari persekutuan intim dengan Allah.

Allah tetap setia pada umat-Nya. Sesaat Ia murka dan menghukum,   tetapi segera pula Ia menerima mereka dalam kasih dan bahkan    melupakan dosa mereka (ayat 6). Lihat betapa Israel merespons   pengampunan Tuhan secara ekspresif (ayat 7).

Pemulihan yang Tuhan lakukan pada umat-Nya bersifat holistik. Allah   membebaskan umat-Nya dari ikatan kuasa gelap, tangan para gembala    yang jahat, dan cengkeraman kekuatan asing. Allah memenuhi apa    yang menjadi kebutuhan umat-Nya. Ia memberikan berkat-Nya,    memulihkan kehidupan rohani mereka dan membawa mereka kembali ke    tanah perjanjian. Ajaibnya dalam pembebasan umat-Nya ini, Allah   membuat mereka bisa berjalan kembali seperti semula, yaitu hidup    sesuai dengan kebenaran Allah. Hubungan bangsa ini dengan Allah    bisa pulih kembali.

Kelahiran Yesus yang sebentar lagi akan kita rayakan juga mengandung   keselamatan holistik. Karya keselamatan dalam Yesus juga utuh,   Dia datang menjadi manusia, hidup di antara manusia, mati    menanggung dosa manusia, bangkit menang terhadap semua masalah    manusia. Mari persiapkan hati di minggu-minggu advent ini    menyambut karya-Nya.
http://www.gkiisidikalang.co.cc
http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/12/16/


Berbagi di Facebook

Diselamatkan dari ketiadaan pengharapan (Zakharia 12:1-9)


Hidup seperti apakah yang tidak berpengharapan? Hidup di bawah bayang-bayang murka Allah. Orang berdosa, tidak dapat melepaskan  diri dari tuntutan keadilan Allah. Yang ada hanyalah bayang-bayang hukuman berupa kebinasaan yang mengerikan!

Penolakan Israel terhadap penggembalaan Tuhan menyeret mereka ke dalam suatu kondisi hidup yang tidak lagi berpengharapan. Sekian   lama bangsa ini berada dalam cengkeraman bangsa asing yang silih  berganti menindas mereka. Puncaknya, semua bangsa di muka bumi  akan bersatu menyerang mereka (ayat 3b). Sementara mereka sendiri terpecah saling bermusuhan.

Di saat seperti itulah Allah menyatakan kedaulatan-Nya dengan  menyelamatkan umat-Nya. Allah tidak membiarkan mereka terus  menerus ditindas musuh-musuhnya. Dalam penyelamatan ini Allah   menjadikan umat-Nya seperti pasu yang memusingkan (ayat 2) dan  batu yang menghancurkan (ayat 3) sehingga tidak ada satu pun  kekuatan dunia yang sanggup membinasakan mereka. Sebaliknya yang   terjadi adalah kehancuran bangsa-bangsa asing ini. Penyelamatan   Allah akan memulihkan juga perpecahan yang terjadi diantara   umat-Nya dan menghapuskan keangkuhan rohani yang selama ini    menjadi penyebab perpecahan itu (ayat 7). Mereka akan bersatu   kembali dan mengalahkan musuh-musuhnya. Akhirnya Tuhan akan    memuliakan serta mengokohkan mereka kembali sebagai satu bangsa.

Kita harus menyadari bahwa kita diselamatkan di saat tanpa    pengharapan. Bukankah kita, orang Kristen ini dahulunya termasuk   bilangan orang kafir, yang jauh dari Allah? Bukankah dahulu kita   mengambil jalannya sendiri yang menuju pada kebinasaan? Dan   bukankah dahulu maut menjadi bagian tak terpisahkan dari kita?    Justru di saat seperti itulah Tuhan Yesus datang menganugerahkan   keselamatan kepada kita. Betapa ajaib karya Allah dalam hidup    kita umat tebusan-Nya.

http://www.gkiisidikalang.co.cc
http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/12/18/



Berbagi di Facebook
Thursday, December 3, 2009

Sumbernya Tuhan! (Zakharia 4:1-14)


Bagaimana seorang pemimpin bisa memimpin umat Tuhan dengan teguh dan tegar walau tantangannya setinggi gunung dan sedalam lembah?  Tentu bukan dengan mengandalkan kekuatan sendiri, pengalaman pribadi ataupun keterampilan-keterampilan yang dilatih  semata-mata, tetapi dengan sepenuhnya mengandalkan Tuhan.

Zakharia melihat kandil emas berlampu tujuh dengan tempat minyaknya. Setiap lampu memiliki tujuh lubang tempat nyala api. Secara keseluruhan ada empat puluh sembilan nyala api kalau kandil ini  dinyalakan! Bayangkan betapa terangnya! Kandil tersebut bisa  menyala begitu terangnya karena selalu ada persediaan minyak yang  tak habis-habis. Itulah nubuat untuk Zerubabel, keturunan raja  Daud. Ia akan menyelesaikan pembangunan bait Allah dan mengatasi   semua masalah yang ada "Siapakah engkau, gunung yang besar? Di  depan Zerubabel, engkau menjadi tanah rata" (ayat 7-10). Hal itu  terjadi "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan,  melainkan dengan Roh-Ku" yang hadir menyertai Zerubabel (ayat 6).

Dari penglihatan ketiga dan keempat, menjadi jelas siapa figur  mesianik yang dilambangkan oleh dua dahan pohon zaitun (ayat 3,  12-14), yaitu imam besar Yosua dan keturunan raja  Zerubabel.  Keduanya berperan besar dalam perampungan pembangunan bait Allah   (lih. Hag. 1:14). Zakharia mendapatkan juga penjelasan mengenai  permata bermata tujuh yang menunjuk kepada "mata TUHAN, yang  menjelajah seluruh bumi" (ayat 10b). Ketujuh mata permata itu    dimengerti sebagai pengawasan Tuhan bahwa pembangunan bait Allah  itu akan membawa efek kosmis, yaitu pembangunan kerajaan-Nya di    muka bumi ini.

Penglihatan-penglihatan yang dilihat Zakharia adalah penyataan penting mengenai penggenapan rencana Allah buat umat Israel    pascapembuangan. Buat kita umat Tuhan masa kini, karya pemulihan    Tuhan sudah digenapi dalam diri Kristus, di mana figur imam besar    dan raja menyatu!
http://www.gkiisidikalang.co.cc
e-SH versi web:          http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/12/04/



Berbagi di Facebook

Sudah dekat! (Zefanya 1:14-18)


Sudah dekat! Seruan itu seolah peringatan bahwa musuh sudah dekat, seruan untuk waspada dan siaga. Zefanya memang memberikan peringatan kepada orang Yehuda bahwa hari Tuhan itu sedang bergerak cepat menuju mereka (ayat 14). Bagai meteor jatuh yang melaju deras mendatangi bumi.

Seperti kebanyakan orang yang bergantung pada kekayaan atau kuasa yang mereka miliki, orang-orang Yehuda juga berharap bahwa kekayaan atau kuasa itu dapat menyelamatkan mereka. Mungkin mereka berpikir bahwa segala sesuatu dapat diselesaikan dengan uang. Bahkan keselamatan nyawa mereka pun dapat dibeli dengan uang. Betapa bodoh! Karena itu dalam peringatan yang dikumandangkan oleh nabi Zefanya, Tuhan menyerukan bahwa emas atau perak yang mereka miliki tidak akan dapat menyelamatkan mereka dari murka Tuhan yang membara (ayat 18). Ketika hari Tuhan tiba, mereka tidak akan luput dari kebinasaan karena hari itu adalah hari kemusnahan dan pemusnahan (ayat 15). Tak ada satu pun penghuni bumi yang dapat bertahan menghadapi murka Tuhan. Semua akan dibinasakan.

Betapa serius Tuhan menghukum orang-orang berdosa. Tak ada kompromi sedikit pun. Begitu kejamkah Tuhan? Tentu tidak. Tuhan tidak pernah bermaksud membinasakan manusia. Namun bila umat yang Dia kasihi kemudian berbalik dan melawan Dia maka tentu saja hukuman harus Dia nyatakan karena Dia adil adanya.

Oleh karena itu jangan sekali-kali bermain-main dengan dosa, sebab nantinya akan berhadapan dengan pengadilan Allah. Dan bila berhadapan dengan panasnya murka Allah, tak ada kekuatan apa pun yang bisa membuat orang menghindari hukuman Allah. Meski demikian, hendaknya ketaatan kita bukan hanya karena kita takut hukuman melainkan karena kita mengasihi Allah yang telah memberikan hidup kepada kita. Maka marilah kita isi hidup kita dengan melakukan segala sesuatu yang kudus, yang berkenan di hati Tuhan dan yang memuliakan nama-Nya.


e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/11/20/




Berbagi di Facebook
Wednesday, December 2, 2009

Berpegang teguh pada Allah (Zefanya 3:1-11)


Semua pemimpin secara eksistensial adalah abdi atau pelayan rakyat/umat. Kuasa yang dipercayakan merupakan pemberian Allah. Faktanya, banyak pemimpin yang melupakan tanggung jawab untuk mensejahterakan bangsa yang dia pimpin. Itulah yang terjadi pada pemimpin Israel. Zefanya menyapa para pemimpin dengan sebutan, "Si pemberontak" dan "Si cemar" (ayat 1). Sebutan ini menggambarkan bahwa para pemimpin telah tercemar dan menjadi barang najis. Artinya setiap pikiran, kata-kata, dan karya mereka adalah kecemaran dan merupakan pemberontakan kepada Allah. Allah sudah memperingatkan mereka dengan berbagai bencana, tetapi mereka semakin menjadi-jadi dalam kejahatannya (ayat 1, 6, 7). Para pemimpin yang dimaksud di sini ialah para pemegang kebijakan politik, sosial, dan keagamaan. Mereka adalah para raja, hakim, nabi, dan juga imam (ayat 3, 4). Inti dari kecemaran mereka adalah mereka tidak lagi berpaut pada Allah. Sikap itu tampak pada perbuatan-perbuatan me-reka yang tidak lagi sesuai dengan taurat Allah. Taurat Allah mengajarkan umat agar berlaku adil dan benar. Bila para pemimpin mengabaikannya maka lahirlah perbuatan yang keji, lalim, dan menindas orang lain.

Namun Tuhan masih memberi kesempatan agar mereka berbalik kepada Dia. Itulah sebabnya Tuhan belum juga mendatangkan hari penentu itu. Namun pada hari yang ditentukan Allah, akan tiba saat Allah menyatakan murka-Nya yang menyala-nyala. Maka sebelum kesabaran Allah habis, orang harus segera berbalik ke jalan-Nya. Murka
Allah akan membuat bangsa-bangsa dan sebagian umat yang rendah hati sujud menyembah Allah. Sedangkan yang sombong dan yang meninggikan dirinya akan disingkirkan Allah.

Berpegang teguh kepada Allah dan jalan-Nya adalah damai sejahtera yang abadi. Kualitas damai dan keabadian damai bagi setiap orang yang berpegang kepada Allah tidak akan tertandingi oleh damai sejahtera yang didasarkan pada kekuasaan dan harta.


e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/11/25/



Berbagi di Facebook
Tuesday, December 1, 2009

Biji mata Allah (Zakharia 2:6-13)


Bagaimana Tuhan menyatakan kasih-Nya kepada umat-Nya sekali lagi? Saat murka, Ia telah mencerai-beraikan mereka ke empat penjuru dunia (ayat 6). Mereka kehilangan jati diri dipisahkan dari tanah air leluhur mereka.

Ternyata penglihatan ini bermaksud menegaskan rencana Allah untuk menyatakan kasih-Nya lagi kepada mereka, lewat pemulihan yang tuntas. Yerusalem yang sudah diukur, akan menjadi tempat umat yang tercerai berai itu berkumpul dan menikmati lagi segala berkat-Nya. Demi kemuliaan-Nya, Ia bertindak membela umat-Nya yang telah tercela di penjajahan musuh. Bagi Tuhan, umat yang dikasihi-Nya itu adalah seperti biji mata-Nya. Bukankah ungkapan itu pernah disebut-sebut pada masa lalu (Ul. 32:10; lih. Mzm. 17:8), yang membuktikan bahwa Tuhan tidak pernah berhenti mengasihi mereka, walau mereka sering membuat Dia marah bahkan sakit hati. Sedemikian kasih Tuhan, sehingga siapa pun yang mengganggu umat-Nya, sama saja sedang mencolok mata-Nya. Siapa pun mereka itu, tidak akan luput dari pembalasan Tuhan (ayat 9).

Ternyata pula pemulihan umat Tuhan bukan hanya untuk dinikmati oleh segelintir orang. Yerusalem yang tidak bertembok itu, terbuka untuk segala bangsa yang mengakui Tuhan sebagai Allah mereka, dan mereka sebagai umat-Nya (ayat 11). Kita diingatkan, kasih Tuhan tidak terbatas pada umat-Nya, tetapi seluruh manusia menjadi
sasaran kasih Allah.

Sekali lagi, kita belajar bahwa kasih Tuhan dan perlindungan-Nya sungguh luar biasa. Tidak pernah ada kasih yang begitu konsisten, tidak dapat digoyahkan bahkan oleh kedurhakaan orang yang membalas kasih dengan pengkhianatan sekalipun. Bahkan kasih yang begitu rela mengurbankan Anak Terkasih sampai mati, demi menyelamatkan umat manusia yang lebih pantas dibinasakan. Adakah respons yang lebih tepat selain mengabdikan diri kepada Allah yang Maha Kasih agar semua orang boleh mengerti serta menerima kasih yang menyelamatkan itu?

Sumber :http://www.sabda.org/publikasi/sh/2009/12/02/


Berbagi di Facebook